Jiwa Nampak yang Tidak Ditampakkan

TRANSINDONESIA.CO – Mengulas karya S Sudjojono, bermacam makna bisa disampaikan, seperti tanda tanganya yang selalu menyertakan angka/nomor 101.

Karya-karya S Sudjojono yang dipamerkan di galeri nasional (di depan kelambu terbuka, seko, mengungsi dan kawan-kawan revolusi) menunjukkan jiwa sang maestro dalam karya-karyanya. Jiwa itu tidak akan pernah lekang akan waktu.

Sayang memang ruang menampilkan jiwa sang maestro yang sangat terbatas. Atau memang tidak tahu di mana ruang bisa mentransformasi jiwa sang maestro tadi? Barang-barang publik seperti perangko, kartu, poster, film, buku, leaflet, cd, stiker, souvenir, marchendise  dan sebagainya bagi publik hampir-hampir tidak ada yang mengcopy karya sang maestro.

Karya  S Sudjojono
Karya S Sudjojono

Kalaupun ada 20 tahun sekali atau setelah puluhan tahun.  Entah takut membayar atau entah tidak ada rasa seninya atau tidak merasa perlu memarketingkan karya-karya maestro Indonesia.

Para pejabat dan penanggung jawaab struktural seakan membirokrasikan karya-karya seni dalam jabaran struktur organisasi sehingga benar-benar kering, kaku dan menungu matinya saja.

Mereka bekerja di bidang seni semestinya mempromosikan, memberimakna dan disebar luasksan kemana-mana.

Para kritikus seni juga sangat terbatas dan sangat kurang bagi negeri sebesar ini. Menunjukkan kepedulian dan keberpihakkan akan seni sangat minim.

Lihat saja hampir semua majalah seni perlahan tapi pasti gulung tikar. Para senimanpun mengaku sudah kepalng basah mau apa lagi atau mereka beralih profesi. Dalam melukispun juga terpaksa melukis demi kesukaan atau permintaan pasar karena butuh uang untuk hidup.

Mengapa sampai detik ini tidak ada yang tahu dan tidak membahas S Sujojono? Ada yang memamerkan karya S Sudjojono?

Yang pasti krn ada political will. Krn ada yang memerintahkan, ada Bung Karno yang memberi warisan dan mentransformsi makna “merdeka bagi suatu bangsa” juga ditandai munculnya karya-karya anak bangsa yang berkualitas. Dan menjadikan bangsanya bukan menjadi kacung pemasang lukisan melainkan sebagai maestro seni lukis yang berkelas dunia.[CDL22082016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment