PMI Bali Tingkatkan Donor Darah “Apheresis”

pmi-baliPalang Merah Indonesia.(ist)

 

TRANSINDONESIA.CO – Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali terus meningkatkan tehnik donor darah “apheresis” yang aman bagi pendonor.

“Dengan menggunakan teknik ini jumlah volume darah yang diinginkan bisa langsung diatur melalui mesin dan tentunya ini disesuaikan dengan kondisi pendonornya,” kata Kepala Sub Bagian Produksi UDD Palang Merah Indonesia Provinsi Bali, dr Candra Indriasari, di Denpasar, kemaren.

Ia mengatakan sebelum melakukan donor menggunankan teknik tersebut pendonor terlebih dahulu dilakukan uji saring untuk mengetahui ada tidaknya penyakit-penyakit tertentu yang ada ditubuh.

Tehnik tersebut juga dapat mengetahui dengan lengkap golongan darah, hemoglobin serta jumlah trombosit yang ada dalam tubuh pendonor.

“Sedangkan teknik biasa dilakukan prosedur pengambilan darah dulu baru dicek penyakitnya. Namun, untuk pengambilan darah tersebut tergantung dari volume yang diinginkan dan disesuaikan juga dengan pendonor,” ujar Candra.

Donor darah apheresis hanya mengambil komponen darah tertentu seperti trombosit, plasma atau sel darah merah sehingga komponen yang tidak diperlukan dapat dikembalikan ke dalam tubuh pendonor.

“Untuk satu kantong donor trombosit apheresis setara dengan 5-10 kantong donor trombosit biasa,” ujarnya.

Selain itu, tehnik pengambilan donor tersebut mengurangi resiko terinfeksinya bakteri seperti demam dan gatal-gatal akibat menerima darah dari donor tunggal.

“Plasma yang diambil dari pendonor juga lebih sedikit sehingga tidak banyak ikut pada tubuh penerima,” ujarnya.

Untuk melakukan donor apheresis dapat dilakukan setelah melakukan lima kali donor biasa dengan tujuan untuk mengetahui hasil uji saring aman dari penyakit.

“Pendonor bisa kembali setelah dua minggu atau maksimal 24 kali dalam setahun dibandingkan melakukan donor darah biasanya yang baru bisa kembali dilakukan setelah kurun waktu 2,5 bulan hingga 3 bulan,” ujarnya.

Namun, pihaknya tidak menyarankan bagi pendonor secara terusan menerus melakukan donor apheresis karena kemungkinan dapat beresiko osteoporosis.

“Untuk permintaan donor melaui apheresis ini tergantung permintaan dari dokter yang merawat,” ujarnya.(ant/oki)

Share