Ahli atau Lihai

TRANSINDONESIA.co | Orang yang ahli dapat dikatakan orang yang memiliki kompetensi, keunggulan dan mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan benar. Konteks dalam tulisan ini saya batasi pada sesuatu yang baik dan benar, apa yang dikerjakan dapat dipertanggungjawabkan secara moral, secara hukum, secara administrasi, secara fungsional dan secara sosial.

Orang yang ahli memiliki standar profesional dan ada proses atau tahapan tahapan yang bisa dipertanggungjawabkan tadi.

Konteks ahli berkaitan dengan:
1. Profesionalisme
2. Kompetensi
3. Pengalaman
4. Akuntabilitas atau dapat dipertanggungjawabkan
5.  Keilmuan atau ketrampilan
6. Melalui proses atau tahapan yang terukur
7. Berbasis pada standarisasi (standardization of work input, standardization of work process dan standardization of work out put)
8. Menginspirasi dan berdampak luas bagi kebaikan dan perbaikan
9. Visioner
10. Memberdayakan dan dapat menjadi sesuatu atau energi baru yang terbarukan.

Lihai dapat dikatakan memiliki kompetensi yang ada kecenderungan ada unsur licik instan, menghalalkan segala cara, melalaikan proses, memaksakan dan banyak hal yang dapat dikatakan bagian dari premanisme.

Orang yang lihai biasanya bukan sekedar pinter tetapi pinter pinter. Bukan ngarang saja tetapi ngarang ngarang. Biasanya ada yang dikorbankan atau dijatuhkan. Orientasinya ke atas maunya cuan.

Tergerusnya empati peduli dan bela rasa. Yang penting menang, yang penting senang sekalipun kontra produktif atau melanggar HAM. Kelihaian ini seringkali mengalahkan yang ahli tatkala kewarasan digantung. Nilai nilai ideal sebatas supervisial, lip service. Aktualnya berbeda bahkan bertentangan dengan yang ideal.

Menjadi ahli perlu ketekunan, proses panjang dan penuh perjuangan. Tatkala yang ahli dikalahkan yang lihai maka premanisme merajalela dan berdaulat. Kewarasan jadi barang usang dan tertawaan. Bener yen ra umum iku salah, salah yen wis umum dadi bener. Yang dilakukan pendekatan personal, tentu saja akan mengabaikan kompetensi.

Bagaimana ndoro senang fokusnya. Apapun dijadikan pasar untuk mencari cuan.

Wani piro oleh piro menjadi core value. Keutamaan akan disandarkan disampirkan untuk seremonialan.  Kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban sebatas kulit dan mengambang tak berakar. Chrysnanda Dwilaksana

Senja tegal parang 110822

Share
Leave a comment