Perkawinan Anak Tinggi, Tarjih dan NA Didorong Rekonstruksi Pemahaman Hadis Pernikahan Aisyah

TRANSINDONESIA.CO | Prihatin dengan tingginya angka pernikahan dini di Indonesia terutama pada masa pandemi, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menengarai bahwa akar masalah terbesar selain ekonomi dan tradisi adalah dari pemahaman agama.

Karena itu, Mu’ti berharap Majelis Tarjih sebagai otoritas tertinggi lembaga fatwa Muhammadiyah ikut menyoroti masalah ini dengan meninjau ulang dalil-dalil terkait yang selama ini dijadikan legitimasi bagi pendukung pernikahan anak usia dini.

“Sehingga pada konteks ini menurut saya definisi baligh itu perlu ditinjau ulang. Dan hadis yang menyebutkan bahwa Nabi menikahi Aisyah pada saat berusia 9 tahun, itu perlu diperlukan telaah kritis terhadap hadis itu karena seringkali argumen agama itu kan berlandaskan pada dua hal. Wong dia sudah baligh kok. Ukuran baligh itu dibuat dengan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat reproduktif, ukuran baligh itu sudah menstruasi, sudah haid, kalau sudah berarti sudah baligh,” kritiknya.

Dalam forum perayaan Milad ke-93 Nasyiatul Aisyiyah secara daring, Sabtu (7/8) Abdul Mu’ti mengkritik bahwa akibat dari pemahaman yang tidak kontekstual dengan hadis itu menyebabkan terjadinya tingginya angka perceraian, broken home, dan juga anak-anak stunting.

Selain Majelis Tarjih, Nasyiatul Aisyiyah juga diharapkan Mu’ti untuk terus memahamkan masyarakat tentang bahaya perkawinan anak atau pernikahan dini.

“Nah hal-hal seperti ini menurut saya perlu ada rekonstruksi-rekonstruksi teologis yang menurut saya kira-kira gerakan Nasyiatul Aisyiyah pada aspek ini harus berani menyentuh aspek itu,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, selama masa pandemi perkawinan anak naik menjadi 64.211 kasus dibanding masa sebelum pandemi yang berjumlah 23.126 kasus. Angka ini dikhawatirkan menjadi sandungan bagi program menciptakan masa depan Indonesia yang unggul dan berkemajuan.

“Kita juga perlu menyinggung soal sakinah. Perkawinan itu bukan tujuan tapi sarana untuk mendapatkan ketenangan hidup dan untuk mendapatkan kebahagiaan serta ada fungsi regenerasi bukan reproduksi. Dan dalam hal ini menurut saya Nasyiatul Aisyiyah perlu lebih banyak berkhidmat,” tutupnya.[Muhammadiyah]

Share
Leave a comment