Warga Yahudi Terpecah Soal Aneksasi Tepi Barat oleh Israel

TRANSINDONESIA.CO – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, ia bermaksud memberlakukan kedaulatan Israel di lebih dari 130 permukiman Yahudi, sebagaimana tercantum dalam Kesepakatan Presiden Trump. Kesepakatan itu adalah rencana perdamaian usulan pemerintah AS.

Dikutip dari Voaindonesia, Kamis (25/6/2020), warga Palestina sangat menentang rencana itu. Dan meski sebagian besar pemukim Yahudi mendukungnya, beberapa pemukim khawatir langkah itu bisa mengarah terbentuknya sebuah negara Palestina di bagian Tepi Barat yang tidak dicaplok.

Wali Kota Efrat Oded Revivi dengan bersemangat mengantisipasi aneksasi permukiman itu, di mana 16.000 warga Israel tinggal di sebelah kota Bethlehem, wilayah Palestina.

Itu adalah bagian dari rencana perdamaian Trump yang memungkinkan Israel mencaplok hingga 30 persen dari Tepi Barat. Namun masih belum ada peta yang menunjukkan secara khusus wilayah mana yang akan dimasukkan.mengatakan:

“Saya pikir kesepakatan Trump merupakan peluang sangat besar yang tidak boleh kami lewatkan, peluang yang kami tidak tahu kapan akan ada lagi,” kata Wali Kota Oded Revivi

“Peluang yang tidak hanya memperhitungkan apa yang bisa kami dapatkan, tetapi juga lingkungan sekitarnya di mana kami berada saat ini, mengenai status Otoritas Palestina,” ujarnya.

Namun beberapa warga Efrat percaya, pencaplokan akan menjadi kesalahan strategis. Mereka menganggap, langkah itu hanya untuk kepentingan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang telah didakwa dengan tuduhan korupsi. [ps/ft]

Share
Leave a comment