Pawang Penegak Hukum: Antara Sleman dan Amsterdam

TRANSINDONESIA.CO – Penegakkan hukum merupakan upaya membangun peradaban, menata sistem dan membangun budaya tertib. Hubungan antara masyarakat dengan aparatnya semestinya saling mempercayai, saling menguatkan.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadp aparat merupakan kekuatan dasar bagi pembangunan peradaban. Tatkala masyarakat tidak mempercayai atau takut dipersulit dan diping-pong oleh aparat maka akan saling melabel.

Komunikasi tidak akan terjadi dan saling mencurigai. Aparat menilai masyarakatnya buruk dan masyarakatnyapun menilai aparatnya negatif. Keengganan dan saling tidak berkomunikasi dengan baik inilah menjadi akar maslah citra buruk, dan membuka peluang untuk tahu sama tahu dan melakukan berbagai penyimpangan.

Ilustrasi
Ilustrasi

Beberapa tahun yang lalu di Sleman, menjelang lebaran ada penertiban terhadap penjualan minuman keras. Salah satu warung kelontong yang terbukti menjual minuman beralkohol tanpa ijin. Oleh penegak hukum minuman keras itu disita dan diamankan sebagai barang bukti. Pemilik warung akan mengurus langsung ketakutan. Ia memutar otak untuk mencari backing. Menurut keyakinanya (walaupun belum tentu benar) kalau bukan siapa-siapa atau keluarga siapa biasanya terkena syndrome wpwop (wanipiro, oleh piro). Akhirnya dia menemukan keluarganya yang tinggal di Amsterdam dan memiliki kenalan aparat yang berdinas di Jakarta. Dan setelah dikofirmasi teman saudaranya itu bersedia membantu. Ternyata manjur strateginya dan bisa menambil kembaali benda-benda yang disita polisi.

Komunikasi dan saling percaya menjadi sangat penting bagi pembangunan peradaban. Tatkala penegakkan hukum menjadi ajang adu kekuatan. Siapa kuat maka ia akan menguasai.

Dari ceritera di atas, betapa tidak efisien dan jarak beberapa kilo saja bisa melambung jauh sampai Amsterdam, untuk menyelesaikan maslah penegakkan hukum.

Tatkala kekhawatiran terus menghantui, maka peluang para pawang penegak hukum untuk bisa eksis mengkomunikasikan bahkan kalau perlu mengintervensi walau sampai ke ujung duniapun dijalani.[CDL-21032016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment