Shalat Berjamaah Semarakan Isra’Miraj di NTT

isra-miraj

TRANSINDONESIA.CO – Umat Islam dalam Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa (27/5/2014), menyemarakan peringatan “Isra’ Mi’raj” 1435 Hijriah atau perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit ke tujuh, selain shalat juga dengan ceramah tentang ‘Shalat’ berjemaah.

Seperti disaksikan di Kupang, sejumlah Masjid di Jalan Ir. Soekarno, terutama Masjid Agung Al-Baitul Qadim, di Kelurahan Air Mata, H. Husen Al-Habsi menggelar ceramah seputar sholat kepada ratusan jemaah dan Remaja Masjid (Remas) setempat.

Nampak Muslimat dan Muslimin serta Remaja Masjid setempat khsusuk mendengarkan Pengajian terlebih dahulu dari H. Husen, sebelum memberi ceramah seputar Shalat.

Dalam ceramahnya, H. Husen berbicara tentang Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan rohani dari Mesjidil Haram di Mekah menuju Masjid Dil Aqsa di Paletina menggunakan ‘Buroq’ yang kemudian disebut dengan ISRA’.

Kemudian dari Masjid Acsa di Palestina Nabi Muhammad melanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh yang kemudian disebut dengan MI’RAJ. “Disnilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah Shalat. Ini semua terjadi karena Iman. tanpa Iman semua sia-sia belaka,” kata H. Husen.

“Isra (berjalan) nabi dari Masjidil Haram ke Masjidi Aqsa, Palestina dilakukan dengan sekejap, padahal kalau ditempuh secara normal memerlukan waktu sekitar satu bulan”, katanya.

Peristiwa itu menjadi penting, bukan saja lantaran cepatnya waktu tempuh yang sulit dinalar oleh akal manusia di zaman itu, melainkan ada momen bersejarah menyangkut keyakinan dan tolok ukur sebuah ketakwaan.

Perjalanan yang dilakukan Rasulullah pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian atau 11 tahun setelah Muhammad diangkat sebagai rasul telah menimbulkan sentimen negatif dari kalangan kafir Quraisy.

Bahkan, Nabi Muhammad saw. dicap sebagai orang yang tidak waras. Tentu kaum Quraisy tidak akan percaya, mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem ditempuh hanya dalam waktu satu malam, ditambah lagi perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Saat itu belum ada alat transportasi canggih seperti saat ini.

Apa pun alasan Rasulullah, bahwa perjalanannya menggunakan kendaraan bernama “Buraq”, tak akan mampu meyakinkan hati kaum Quraisy. Kecuali hanya seorang Abu Bakar yang memercayai cerita Rasulullah itu.

Atas dasar keyakinan tanpa syarat dalam menyikapi peristiwa yang dialami oleh Rasulullah itulah, Abu Bakar diberi gelar “asshiddiq” atau selalu percaya pada setiap perkataan Nabi Muhammad saw.

H Husein menambahkan Nabi dimi’rajkan menaiki beberapa tingkatan langit juga dengan waktu yang sebentar.

“Dalam Riwayat nabi Isra dan Mi’raj waktunya sangat singkat bahkan belum hilang rasa hangat bekas badan Nabi waktu berbaring di dekat Ka’bah, Nabi kembali lagi tempat semula”, katanya.

Tetapi, tegas dia, kalau dengan iman pasti dapat diterima karena semuanya itu adalah atas kudrat dan iradat Allah SWT atas hamba-Nya.

“Tinggal kita sekarang yang wajib melaksanakan hasil Isra dan Mi’raj Rasululllah SAW yaitu shalat lima waktu,” kata Zuhdi,” katanya.

Kepada Jemaah yang hadir, H. Husen mengingatkan agar setiap Shalat yang dilakukan harus menyatu dengan hati, dan bukan sekedar rutinitas belaka.(ant/sun)

 

 

 

Share
Leave a comment