Pendidikan untuk Menghasilkan Siapa Bukan Sekedar Apa dan Bagaimana
TRANSINDONESIA.CO | Mei dijadikan peringatan sebagai bulan pendidikan tanda sejarah atau penghargaan kepada para pejuang peradaban. Makna pendidikan tentu saja luas beragam bervariasi banyak pendekatan dan banyak interpretasi.
Namun pada hakekatnya pendidikkan merupakan suatu cara untuk:
1. Regenarasi dan kaderisasi
2. Membangun peradaban
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Semakin manusiawinya manusia
5. Mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial
6. Menjaga kedaulatan, daya tahan, daya tangkal bahkan daya saing suatu bangsa.
7. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Ke tujuh point di atas saling terkait satu sama lainnya dan bukan urut-urutan seperti abjad kegunaanya melainkan menjari satu kesatuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikkan seringkali di agung-agungkan namun tak sedikit yang faktanya justru bertentangan dengan apa yang diagungkan.
Contohnya: 1. Political will yang kurang menunjukkan keberpihakkannya untuk membangun SDM sebagai bangsa pembelajar,
2. Penyiapan dan penghargaan kepada para guru dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi,
3. Sistem pembelajaran yang membuat sekolah mjd beban dan membosankan,
4. Kualitas infrastruktur dan sistem sistem pendukung yang tidak sebagaimana semestinya,
5. Semangatnya sekedar lulus dengan nilai tinggi, punya gelar. Namun kemanfaatanya bagi hidup dan kehidupan sering dipertanyakan,
6. Anggaran yang disunat atau dijadikan proyek bancakan,
7. Lembaga pendidikan belum menjadi ikon centre of excellent dan masih banyak lagi yang perlu menjadi perhatian.
Di masa pandemi Covid-19, pendidikkan dilakukan secara daring. Penugasan sistem kontrol berkuarang. Mampukah sistem pendidikkan yang ada ini mempertahankan kualitas pendidikkan dan kualitas hasil didiknya?
Di era new normal sistem pendidikan memang harus atau mau tidak mau berubah dan merubah sistem pendidikkan. Tidak hanya menunggu atau sekedar on line.
Namun kemasan pembelajarannya ini juga hrd diubah antara lain:
1. cara mengetahui dan memahami pemikiran konsep konsep penting dari pemikir pemikir terdahulu, dapat dipelajari secara mandiri atau virtual atau secara elektronik. Konsep konsep dan teori atau landasan dasarnya ditunjukkan dibimbing dan distimuli dengan target target tertentu.
2. Para guru aktif melakukan dialog dalam kelompok maupun secara privat bahkan juga dengan antar lembaga pendidikkan lainnya.
3. Anak anak diajak untuk berkarya dan menghargai karya mereka dan karya temannya yang dilakukan dalam dialog virtual atau melalui media sosial. Masing masing anak dapat membuat blog, vlog atau lainnya secara pribadi untuk menunjukkan atau memamerkan karya karya mereka. Di sini guru tentu harus kreatif bagaimana anak anak berkarya bukan sekedar menjawab persoalan atau menjawab pertanyaan atau sekedar hafalan. Mengajarkan cara berfikir dengan menghubung hubungkan dengan imajinasinya, dsb.
4. Para orang tua atau stake holder lainnya juga dibangun sebagai wadah dialog untuk adanya saling penguatan.
5. Cara cara konvensional dikembangkan dalam metode metode kekinian yang saling mendukung satu sama lainnya.
6. Target produktifitas dan kualitas guru, peserta didik ini menjadi bagian dari suatu transformasi di era new normal.
7. Sistem administrasi, sistem operasional dan sistem pendukung lainnya memerlukan model yang mengacu apa visi dan misi pendidikan untuk menghasilkan siapa bukan sekdar apa dan bagaimana.
Masih banyak cara lain yang dapat dikembangkan. Namun setidaknya kepekaan kepedulian dan bela rasa kepada pendidikkan ini menjadi penting dan mendasar. Jangan main main dengan pendidikkan atau jangan mempermainkan pendidikan. Kita teringat akan pesan Romo Mangun: “Pada pendidikkanlah tergantung masa depan bangsa”.
Filsuf Gelner mengingatkan pula: “Segala sesuatu ada karena dimengerti”. Rene de crates mengatakan: “Cogito ergo sum” ketika saya berpikir maka saya ada.
Einstein mengingatkan: “The sign of intellegent is not knoledge but imagination”.
Kalau boleh saya simpulkan bahwa pendidikan: merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa, menjadi ikon peradaban, ikon kemanusiaan, ikon kedaulatan ketahanan kemampuan daya tangkal sekaligus daya saing suatu bangsa. Apa bagaimana pendidikan bisa bervariasi dan memang prinsipnya mampu melahirkan siapa, sbg manusia manusia unggul berbudi luhur patriot bangsa.
Selamat memasuki bulan pendidikkan
Pendidikkan sebagai perjuangan sepanjang hayat memberikan pendidikkan sejak usia dini menyelamatkan anak bangsa.**
Jakarta 1 Mei 2021
Chryshnanda Dwilaksana