Polisi dalam Pemolisiannya adalah Seni

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Chrysnanda Dwilaksana

Polisi bekerja melalui pemolisiannya baik di ranah birokrasi maupun ranah masyarakat pada hakekatnya adalah untuk : kemanusiaan, mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial yang menunjukan pada peradaban. Pemolisian tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan terjaminnya keamanan dan rasa aman dalam hidup dan kehidupan masyarakat. Dengan adanya keamanan dan rasa aman, warga masyarakat dapat melakukan aktifitasnya untuk menghasilkan produksi yang dapat membuat mereka hidup tumbuh dan berkembang. Secara singkat dalam bahasa jawa dapat dikatakan ” nguwongke ” atau secara umum dapat dipahami untuk memanusiakan manusia dan semakin manusiawinya manusia. Konteks kemanusiaan inilahbyang dapat dikaitkan dengan seni untuk mengangkat harkat dan martabat manusia. Di situ dapat ditunjukan bahwa segala usaha dan upaya kepolisian secara manajemen maupun operasional adalah untuk menjaga kehidupan dengan terjamin keamanan dan rasa aman, terwujud dan terpeliharanya keteraturan sosial.

Seni menunjukan manusia dan kemanusiaannya. Seni itu karya jiwa dan suatu karya seni ada jiwanya. Seni sering dikaitkan dengan imajinasi. Memahami imajinasi memerlukan dialog antara indera dengan jiwa untuk memahami pikiran melalui apa yang dapat ditangkap indera sebagai suatu rasa. Rasa ditangkap melalui nada, suara, kata, rupa, warna, gerak atau gabungan kesemuanya itu. Seni, berkaitan kekuatan. Kekuatan jiwa, kekuatan pikiran dan kekuatan indera. Memang ketiga unsur dasar tadi bisa dijabarkan dalam berbagai pendekatan dan sangat kompleks. Pengungkapan rasa jiwa dalam imajinasi bisa saja datar atau bertingkat tingkat, atau seperti labirin, bisa juga kosong atau padat.

Tatkala seni kuat maka sejatinya peradannya pun kuat. Dalam menguasai dan mendominasi sumber daya seni dapat menjadi pendekatannya. Seni yang menjadi tradisi, menjadi budaya. Seni menjadi jembatan transformasi atas gatra kehidupan di semua lini. Seni budaya menjadi ikon kekuatan suatu bangsa dan negara. Samakin tinggi tingkat pemahaman dan tingkat apresiasi terhadap seni, maka kekuatan, kedaulatan, daya tahan, daya tangkal dan daya saing suatu bangsa akan semakin kuat. Demikian juga sebaliknya. Karena seni berkaitan dengan imajinasi dan manusiawi.

Seni pilar keteraturan sosial bagi semakin manusiawinya manusia? Tentu saja. Seni bukan sebatas keindahan, keceriaan namun juga kedukaan, kesusahan dsb. Seni refleksi jiwa manusia. Seni akanbtumbuh berkembang tatkala mentradisi dan dirawat serta ditumbuhkembangkan. Seni bisa menjadi jembatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, pertahanan, hukum, teknologi dsb. Seni bukan sekedar hafalan atau pengetahuan melainkan imajinasi. Kalau kita mengingat apa yang dikatakan Albert Einstein : ” the trully sind of intellegence is not knoledge but imagination”. Seni merupakan basis mencerdaskan kehidupan bangsa.

Seni bagi polisi dalam pemolisiannya dapat ditunjukkan bahwa :

1. Polisi sebagai penjaga kehidupan

2. Polisi sebagai pembangun peradaban

3. Polisi sebagai pejuang kemanusiaan

4. Polisi sebagai penegak hukum dan keadilan

5. Pemolisiannya menunjukkan tingkat dan kuakitas : profesional, cerdas bermoral dan modern yabg dilandasi : kesadaran, tangagung jawab dan disiplin

6. Pemolisiannya smart policing, harmoni dan terintegrasinya conventional policing, electronic policing dan forensic policing

7. Pemolisiannya berbasis pada supremasi hukum

8. Pemolisiannya mampu memberikan jaminan dan perlindungan HAM

9. Pemolisiannya transparan dan akuntabel secara moral, secara hukum, secara administrasi, secara fungsional dan secara sosial

10. Pemolisiannya berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.**

Share