“Clap”: Kilasan Meteor Thomas Lionar

TRANSINDONESIA.co | Karya Thomas Lionar luar biasa, dari segi teknis, pendekatan kritikal karikaturalnya, model pengemasannya ada harmoni. Thomas Lionar muda mendahului kita, lebih tiga dasa warsa yang lalu, namun karyanya menunjukan keabadian.

Bersyukur sahabatnya Anwar Rosyid yang peduli akan karya karya Thomas. Rosyid menyadari karya Thomas yang luar biasa suatu saat menjadi bagian dari literasi seni di Indonesia, khususnya karikatur dan kartun.

Thomas piawai memletot mletotkan wajah yang dilukisnya dari tokoh politik hingga seniman Affandi, Didi Petet, Teguh Karya, Rendra, Isris Sardi, dll.

Tokoh tokoh duniapun tak luput dari perhatian di dalam karyanya seperti : Yaser Arafat, Sadam Husein, Ronald Reagan, Khomaini dll. Banyak juga simbol simbol politik, seni, sosial kemanusiaan dsb. Thomas begitu jeli menangkap issue yang dikritisinya namun tetap menampilkan karakter tokohnya. Karyanya karya Thomas bertebaran di berbagai media, sering kali dibanding bandingkan dengan tokoh karikaturis internasional Lurie.

Sejatinya, Thomas memiliki karakter khas dalam penggambaran garis garis yang lembut namun kuat dalam karakter dirinya sehingga orang mudah mengenalinya.

Thomas Lionar tak hanya kritis, ia juga melucu dalam satirnya. Ada sesuatu pesan di balik fenomena yang ia tampilkan. Kartun kartun Thomas diberi inisial Tomy, demgan model dan tokoh yang khas. Gaya kartunnya tanpa kata namun jenaka. Kejenakaan Thomas menunjukan kecerdasannya. Membuat karya lucu memerlukan imajinasi tinggi dalam mengkoprolkan logika atau sesuatu yang sakral serius diolesetkan dalam gambar.

Tak banyak yang menulis tentang Thomas, namun karyanya tetap mampu menyihir kita untuk mengenangnya. Benar pepatah Ars Longa Vita Brevis, thomas Lionar sudah lama berpulang, namun kita masih niasa menikmati karyanya.

Mungkin kita sulit melacak jati dirinya, keluarganya, namun dari karya ya kita bisa membaca jiwanya. Karya karya Thomas sarat makna dan merupakan karya Jiwa.

Clap, istilah dalam bahasa jawa yang menunjukan sekejap, secepat kilat. Teman temannya menganalogikan dengan meteor, cepat melejit dan cepat menghilang. Menginterpretasi dan mengapresiasi karya Thomas memang bebas dari berbagai sudut pandang, namun setidaknya dari perjuangannya dan karya karyanya kita bisa melihat kecerdasannya, kepiawaiannya, ketangguhannya.

Waktu memang berlalu dan tidak berulang, namun karya menjadi abadi. Pak Rosyid entah sadar atau tidak apa yang dilakukan tidak salah. Itulah yang bahasa jawa dikatakan “open” atau peduli akan sahabatnya.

Apa yang dilakukannya memangudah namun tak semua orang punya itu. Saya bersama teman teman Kampoeng Semar dan Balai Budaja berupaya mencari referensi tentang Thomas Lionar. Kami menelusuri dari berbagai media sosial. Berkomunikasi dengan teman, sahabat atau yang pernah mengenalnya, atau setidaknya pengagumnya.

Clap: Kilasan Meteor Thomas Lionar, akan kami jadikan bahan diskusi dan merencanakan bagi pameran karya karyanya.

Semoga rekan sahabat yang telah menulis tentang Thomas Lionar mengijinkan dan mengiklaskan kami mengambil sebagai referensi. Dan bagi yang mengetahuipun kami undang berpartisipasi. Sekali lagi atas Budi baik Pak Anwar Rosyid dan sahabat sahabat diberkati Tuhan san menjadi berkat, khususnya literasi seni di Indonesia. Amin. Semoga.*

Chrysnanda Dwilaksana
Take off halim adi sumarmo 211211

Share
Leave a comment