Harkat Menjadi Berkat

TRANSINDONESIA.co | Perempuan perupa, menggelar karya dalam bulan emansipasi dan kebangkitan. Perempuan adalah ibu, yang sejatinya seniman. Ibu mengajarkan bernyanyi mengajarkan menggambar, mengajarkan bicara, mengajarkanhidup dan bertahan hidup. Perempuan perupa dengan harkatnya menjadikan semanagat dan berkat. Perempuan perupa menunjukan harkatnya sebagai seniman namun tidak melupakan kodratnya. Harkat secara umum dapat diinterpretasikan banyak hal namun dalam konteks ini saya melihat sisi kemanusiaan bagi semakin manusiawinya manusia. Di situlah hakekat harkat yang menjadi berkat.

Seni merupakan jembatan dalam kehidupan bisa juga dikatakan saluran komunikasi sosial, berbagai kepentingan dari idiologi religi politik kemanusiaan hingga membangun solidaritas sosial. Seni ada di semua lini kehidupan juga untuk menghadapo berbagai konflik dengan cara beradab. Seni : suara, gerak, rupa, nada, kata / sastra menunjukkan budaya. Tatkala berbicara kebudayaan sbg fungsi maka yang dilihat adalah apa yang ada di balik fenomena yang berupa keyakinan, pemikiran, konsep bahkan teori yang digunakan secara selektif prioritas untuk mengeksploitasi sumber daya atau mendistribusikan sumber daya. Dengan seni kebuntuan akan komunikasi sosial dan kebuntuan akan pemecahan masalah primordial dapat disalurkan melalui berbagai simbol atau ikon atau tanda. Katarsis kepenuhan kesesakkan jiwapun dappat disalurkan. Seni dengan ikonnya akan menjembatani kepentingan atas hidup dan kehidupan. Dengan ikon atau tanda maka penggunaan tafsir dan imajinasipun akan berkembang. Apa yang dilihat dikatakan dan disampaikan tidak sebatas pada satu sisi namun dapat mendorong pada pola atau cara yang holistik atau sistemik. Penjabaran atas seni dalam kehidupan ini akan berkembang pada kebudayaan yang mampu menunjukkan karakteristik sesuai dengan corak masyarakat yang variatif. Kebhinekaan atau perbedaan menjadi sesuatu yang biasa dan menjadibkekuatan sekaligus kekayaan.

Perempuan perupa melalui karya karyanya yang akan dibuat secara on the spot di Bundaran HI menjadi transformasi seni dapat di lihat bagaimana ibu menginspirasi sekaligus mentransformasi. Menelusuri karya seni para perempuan perupa sejatinya menelusuri jiwa. Mungkin mudah mengatakan bagus, namun tatkala ditanya apanya yang membuat atau setidaknya melandasi kebagusannya, biasanya akan sulit untuk menjelaskan. Di sini harkat keibuan akan menjembatani untuk dapat memahami karya seni. Tentu saja yang dilakukan para perempuan perupa ini tidak sebatas pada karya namun efek inspirasi, catatan peristiwa menjadi penting. Yang jauh lebih penting pada getaran resonansi karya karya perempuan perupa dapat menstimuli perempuan lainnya untuk berkarya dan mentransforsikan seni melalui keibuannya. Karya perupa perempuan yang akan menunjukan harkatnya melalui karya karya yang tidak semata mata realis namun juga abstrak, ekspresive, satir, surealis atau karya instalasi yang out of the box.

Memahami seni memerlukan suatu kontemplasi, tidak bisa sebatas indra saja namun memerlukan dialog rasa dan jiwa. Memahami dan mampu mencicipi  kenikmatan suatu karya ini merupakan kepiawaian indra rasa dan jiwa yang menyatu dalam menemukan sesuatu yang ada dalam karya. Proses transformasi seni budaya memerlukan political will yang kuat untuk memberikan ruang bagi pembelajaran di dalam ruang publik maupun birokrasi. Apresiasi kepada para seniman, budayawan dan pejuang pejuang seni budaya untuk dapat menjadi role model atau ikon peradaban. Tatkala seni mampu menjadi saluran komunikasi dan solusi sosial, kewarasan kehidupan sosial maka dapat menjadi upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang dapat ditumbuhkembangkan. Spirit patriotisme melalui pendekatan seni budaya didukung literasi seni dan budaya yang mumpuni.

Menikmati suatu karya seni memerlukan pengalaman bukan penghafalan. Ngelmu iku tinemu soko sarananing laku. Proses ini perlu imajinasi pemahaman atas apa yang ada di balik fenomena yang ditangkap oleh indera. Memahami karya seni bisa dikatakan berdialog untuk menangkap jiwa di balik fenomena. Atau setidaknya rasa tersentuh shg ada sesuatu yang bergetar, “Greng” kata pelukis Widayat. Hal ini memerlukan kontemplasi penghayatan kecintaan dan keingintahuan yang tinggi. Tidak sebatas melihat mendengar namun mencicipi rasa nikmat dari suatu karya seni. Apa yang ditampilkan para perempuan perupa  tentang “harkat” multi tafsir setidaknya dapat menjadi berkat bagi transformasi seni dan pengembangan literasinya. Karya perempuan perupa dalam harkatnya tentu multi tafsir, setiap orang boleh menikmati dengan rasa dan pendekatan yang berbeda.

Chrysnanda Dwilaksana
Lewat tengah malam, dini hari 150522

Share
Leave a comment