Waktu Berhenti

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Wahyu Triono C.S

Apakah waktu bisa berhenti? Pertanyaan di awal tulisan ini tidaklah seperti pertanyaan bodoh.

Sebagaimana ungkapan seorang guru yang baik, Almarhum Bataliyon Infantri Hotman Limbong, akrab disapa Yon, pendiri konsultan kampanye pertama di Indonesia (2002).

Katanya suatu waktu, “Pertanyaan bodoh tidak ada jawaban.”

Dimensi Waktu

Dalam realitanya, waktu dapat dipastikan tidaklah mungkin dapat berhenti.

Dokter Emir Soendoro, seorang ahli dan spesialis Orthopedi dan Traumatologi yang menulis buku tentang Jaminan Sosial, karena permintaan Almarhum Gus Dur menulis tentang dimensi waktu ini.

Katanya, peristiwa masa lalu dan kejadian yang memiliki dimensi waktu akan menjadi kisah yang kurang berarti bila tidak kita beri catatan penting, karena semua yang terlewat masih bisa diantisipasi, kecuali suatu hal, yaitu waktu.

Begitulah, waktu tidak bisa bereproduksi, memanjang, berhenti, atau kembali. Waktu hanya bisa berjalan lurus ke depan.

Pada masanya peristiwa dan pengalaman patut mendapatkan catatan penting agar dapat menjadi bahan pembelajaran.

Sedemikian pentingnya dimensi waktu bagi setiap orang, maka banyak anjuran tentang perlunya menjaga dan mempergunakan waktu sebaik mungkin.

Ulama ada yang berkata bahwa waktu adalah pedang, dalam kitab Al-Jawaabul Kaafi karya Imam Ibnul Qayim rahimahullahu disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata:

“Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia”.

Jeda Waktu

Bila waktu berhenti, dimaksudkan sebagai jeda waktu, atau berhenti sejenak dari berbagai aktivitas dan rutinitas kehidupan sehar-hari maka dapat kita beri catatan penting tentang hal ini.

Pertama, waktu hanya dapat dilihat pada tiga masa atau kurun waktu, yaitu waktu yang telah berlalu, waktu saat ini dan waktu yang akan datang.

Dalam konteks waktu seperti ini, jeda waktu dimaksudkan untuk kita benar-benar memperhatikan waktu yang kita miliki untuk kita jaga sedemikian rupa.

Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Muda mu sebelum masa tuamu, sehat mu sebelum sakit mu, kaya mu sebelum miskin mu, waktu luang mu sebelum sibuk mu dan hidupmu sebelum mati mu.” (HR. Nasai dan Baihaqi).

Dengan menjaga waktu sedemikian rupa itu, setiap kita akan mempertimbangkan agar kita tidak merugi sebagaimana Firman Allah SWT di dalam Al-Qur`an Surat Al-Ashr (103/13): 3:

“Demi masa (waktu), sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman, Beramal saleh (mengerjakan kebajikan), Saling berwasiat dengan kebenaran, Dan saling berwasiat dengan kesabaran”

Kedua, waktu berhenti yang dimaksudkan sebagai jeda waktu adalah apa yang dipopulerkan oleh group Bimbo dalam syair lagu populernya Sajadah Panjang.

“…Ada sajadah panjang terbentang.
Hamba tunduk dan sujud.
Di atas sajadah yang panjang ini.
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu.
Mengukur jalanan seharian.
Begitu terdengar suara azan.
Kembali tersungkur hamba…”

Bahwa waktu berhenti adalah jeda waktu atau saat dimana kita meninggalkan seluruh aktivitas dalam kehidupan yang juga berdimensi amal menuju totalitas penyerahan diri pada Allah SWT untuk menjalankan sholat, menegakkan sholat minimal lima waktu bahkan juga sholat-sholat sunat yang lain seperti tahajud, duha dan lainnya.

Dalam kehidupan ini kita memiliki keinginan untuk memiliki waktu berhenti atau jeda waktu untuk sholat dan memperbaiki sholat kita.

Hal ini begitu penting lantaran ada suatu ungkapan, “Perbaikilah sholat mu, maka Allah akan memperbaiki hidup mu.”

Ketiga, waktu berhenti sebagaimana dimaksudkan jeda waktu adalah berhenti untuk rutinitas harian yang biasa dengan aktivitas berpuasa Senin dan Kamis untuk waktu mingguan dan puasa di Bulan Ramadhan untuk jurusan waktu setahun sekali dalam satu bulan.

Setiap kita mesti menghitung dengan sungguh-sungguh waktu berhenti atau jeda waktu kita masing-masih dan menjaga waktu yang begitu berharga terutama menjaga sholat dan puasa serta ibadah lainnya.

Penutup

Dengan waktu berhenti, jeda waktu dan menjaga waktu sedemikian itu hendaklah kita bagian dari orang-orang yang kelak dapat mempertanggungjawabkan semua waktu yang kita punya.

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR Tirmidzi).

Mohon maaf lahir dan batin, Selamat menyambut Puasa Ramadhan 1443 H dengan penuh kegembiraan. Sebagai waktu untuk berhenti dari hal-hal buruk, menahan dan mengendalikan dan perang terhadap hawa nafsu. Wallahualam Bissawab.

Penulis adalah Dosen AP FISIP Universitas Nasional, Ketua Dewan Penasehat LBH RKN, Pendiri dan Pengasuh TPA LEADER Depok dan Pesantren Pendidikan Al Qur’an Al Kayyis, Pulo Gebang Jakarta Timur. [WT, 26/3/2022]

Share
Leave a comment