TUJUH BINGKAI KEHIDUPAN

TRANSINDONESIA.co | Oleh Dr. Legisan Samtafsir

Ini adalah edisi satu Kajian Elaborasi Greatness terhadap Al Quran untuk membangun peradaban manusia. Elaborasi berarti pemahaman kontekstual sebagai solusi sehari-hari. Elaborasi juga berarti mengambil inti pesan untuk dikembangkan sebagai jawaban persoalan terkini.

Kehidupan ini sangat luas, kompleks dan komprehensif untuk bisa dikuasai semuanya oleh manusia. Begitu juga Al Quran sangat komplit dan sempurna untuk bisa dipahami sekaligus secara sempurna oleh manusia. Oleh karena itu perlu ada simpul-simpul yang terpenting, yang wajib ada yang harus diperkuat dalam bangunan peradaban manusia itu berdasarkan perspektif Al Quran.

Semua kompleksitas itu, jika dibuat bingkainya, maka terdapat 7 bingkai, yang masing-masingnya membingkai berbagai persoalan yang terkait dengannya. 7 bingkai ini merupakan koridor agar semua aktivitas kita dalam membangun peradaban tidak nyasar dan sesat.

Bingkai pertama adalah _Bismillah_. Ini adalah bingkai bahwa hidup dan semua tindakan yang dikerjakan adalah atas namaNya. Bayangkan kita mengatasnamakan Allah; artinya kita menjalankan amanahNya, melaksanakan misiNya, mewujudkan cita-citaNya. Kita mewakiliNya dan bertindak atas namaNya. Kita tidak bertindak atas nama dan tujuan apapun, kecuali atas nama Allah.

Apa konsekwensinya? Semua yang kita kerjakan harus sesuai dengan misiNya, sesuai keinginanNya. Maka artinya keinginan kita, kita sambungkan dengan keinginanNya, misi kita kita sambungkan dengan misiNya. Dengan begitu kita menjadi pelakon kehendakNya. Rasakan kita berjalan atas namaNya. Kita antusias dan bertanggungjawab bukan?

Bingkai kedua adalah _Alhamdulillahirobbil ‘alamiin_. Ini adalah bingkai yang mengait semua perihal penciptaan dan kepemilikan alam semesta (rububiyyah). Ini adalah keyakinan bahwa alam makrokosmos adalah kerajaanNya. Kita memasukinya dan kita ada di dalamnya. Kita memasuki grand designNya, penciptaan dan kerajaanNya.

Apa konsekwensinya?
Semua kekuasaan milik Allah, kita manusia hanyalah hambaNya, kita makhlukNya, kita pemanggul amanahNya. Maka jangan menyalahi janji padaNya. Hidup kita adalah kontrak mati denganNya. Rasakan energi bahwa kita hanyalah kecil dihadapanNya. Rasakan engkau humble dan rendah hati. Maka bacalah itu berulang-ulang dan rasakan ketiadaan dirimu.

Bingkai ketiga, _Arrohmaanirrohiim_ adalah bingkai bahwa Allah maha Pengasih dan Penyayang. Semua penciptaanNya adalah karena dan untuk Kasih Sayangnya kepada manusia dan seluruh makhlukNya.

Maka konsekwensinya, manusia sebagai hamba Allah harus menebar kasih sayang itu kepada sesama manusia dan seluruh alam. Kita harus hidup dalam cinta dan kasih sayangNya, dan karenanya kasih sayang itu kita tebar kepada alam semesta. Maka rasakan bahwa kita dalam naungan cinta dan kasih sayangNya, rasakan hangatnya kebahagiaan hidup dalam cinta dan kasih sayangNya.

Bingkai keempat, _Maalikiyaumiddiin_ adalah bingkai harapan dan cita-cita. Manusia harus hidup dalam harapan yang menjadi matlamat akhirnya. Harapan itu adalah suatu telos di depan sana yang menjadi penunjuk arah tujuan yang akan dicapai. Itulah adalah visi akhir kehidupan, visi terjauh perjalanan, yaitu berjumpa dengan Allah di surgaNya.

Konsekwensinya, hidup kita adalah meniti jalan yang kita susun dari visi akhir tersebut ke agenda hari ini. Kita jalani peta atau roadmap yang pasti dan menggairahkan itu, karena telos yang kita tuju itu adalah kebahagiaan yang abadi.

Rasakan betapa bergairahnya hidup dalam peta jalan yang sudah pasti menuju kebahagiaan abadi. Tak ada kebimbangan, tak ada kekhawatiran dan tak kesedihan hati.

Bingkai kelima, _Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’iin_ adalah semua bakti dan abdi kita tujukan hanya kepada Allah. Maka bulatlah seluruh hidup kita hanya untukNya, dan karena itulah kita meminta hanya kepadaNya, maka segala hal yang kita butuhkan akan dipenuhi olehNya.

Konsekwensinya, sandaran hati dan tempat pengaduan kita hanyalah kepadaNya. Tambatan hati kita, bulat kepadaNya. Rasakan kemantapan jiwa itu. Rasakan itu membuat kita tenteram dan jejak, tidak bimbang tidak mengawang-awang.

Bingkai keenam, _Ihdinasshiraathal mustaqim_, adalah komitmen kita untuk menempuh jalan yang lurus, sesuai kehendak Allah.

Maka mintalah petunjuk jalan yg sempurna kepadaNya, dan tempuhlah jalan yang sempurna itu menuju ke kesempurnaan di sisiNya. Maka melangkahlah, berlari dàn melompatlah, untuk mewujudkan semua komitmen yang sudah dibangun sebelumnya. Rasakan bahwa anda sedang dalam petualangan membangun peradaban menuju kesempurnaan kehidupan.

Bingkai ketujuh,_Shiraathalladziina_…. pastikan bahwa jalan sempurna itu adalah jalan yg diberi nikmat oleh Allah (yg membawa manfaat), bukan jalan yg dimurkai (membawa mudharat) dan bukan jalan yg sesat (menimbulkan malapetaka).

Konsekwensinya, peradaban yang sedang kita wujudkan adalah demi kehidupan yang penuh rahmat dan kedamaian untuk seluruh manusia dan alam semesta.

Itulah keseluruhan bingkai kehidupan. Tujuh bingkai yang sempurna, yang mengait semua kompleksitas menuju kesempurnaan kehidupan.

Hiduplah dalam tujuh bingkai tersebut, rasakan energinya yang menggairahkan dan menggembirakan. Itulah 7 Ayat yang diulang-ulang, yaitu surat Al Fatihah. Suatu pembukaan atau permulaan dari suatu khazanah hikmah Al Quran yang kaya raya tak bertepi.

Selamat berselancar dan berpetualang membangun peradaban menuju kesempurnaan kebahagiaan abadi sejak di dunia sampai kelak di akhirat. Wallahu alam.

Share