DISRUPSI 2222

TRANSINDONESIA.co | Tanggal 2 Pebruari 2022 menjadi suatu tanda bahwa setiap ruang dan waktu ada sesuatu yang dapat menjadi inspirasi. Angka dua nampaknya memang biasa saja namun tatkala tanggal bulan dan tahun didominasi angka dua itu mungkin ada sesuatu yang bisa di othak athik gathukan. Dari penjumlahan, pengurangan perkalian, pembagian hingga mistik atau interpertasi angka dalam tafsir mimpipun bisa.

Yang ingin disampaikan di sini, adalah bahwa segala sesuatu yang dianggap biasa tatkala di maknai dikemas dapat menjadi sesuatu yang sarat makna dan luar biasa. Hidup memerlukan adanya kepekaan kepedulian dan bela rasa. Apa siapa bagaimana di mana hingga mengapa bisa menjadi penghubungnya. Cara melihat atau cara memperlakukan ini yang menjadi sangat penting untuk mengatasi atau menghadapi disrupsi.

Perubahan begitu cepat, namun aturan dan orang kebanyakan hingga birokrasinya sangat lambat. Bahkan nampak enggan berubah. Kaum mapan dan nyaman akan terus mempertahankan status quonya. Pendekatan materi mengalahkan yang ideal bahkan membuat yang aktual berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang sebagaimana mestinya.

2222 jika dijumlah akan ketemu angka delapan, angka yang saling berhubungan atau bisa dikatakan sinergi dan berkesinambungan.  Era sekarang ini memasuki era digital, seakan dunia virtual akan di digitalkan. Tatkala cara cara manual masih menjadi kebanggaan tiba tiba dunia virtual sudah akan menggeser kemapanannya. Era serba cepat dan dituntut adanya pelayanan yang prima, seakan semua gerah, ada yang masa bodoh. Memang ada kaum yang siap menyambut disrupsi bahkan sudah jauh jauh hari menyiapkan bahkan masuk ke dunia virtual. Pelayanan publikpun sudah mulai dengan cara cara digital. Tidak menafikan yang manual atau konvensional, namun kekuatan virtual mau tidak mau akan mendominasi.

E goverment atau sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) menjadi model dalam tata kelola berbangsa dan bernegara. E goverment akan di dukung dengan E banking dan E policing yang bersinergi dalam memberikan sistem pelayanan yang prima kepada publik. Efektifitas dan efisiensi sistem elektronik ada pada sistem inputing data, analisa data dan produk yang muncul dalam algoritma yang berupa info statistik, info gravis maupun info virtual yang merupakan data real time, yang dapat diakses on time dan any time. Kesiapan sumber daya manusia yang mengawaki ini menjadi hal yang paling mendasar. Kesiapan aturan sebagai payung hukum hingga panduannya, selain itu kesiapan infra struktur dengan sistem sistem pendukungnya dalam standar pelayanan prima. Apa yang menjadi unggulan atau karakter di era digital adalah adanya back office, application dengan artificial intellegence, dan network yang berbasis IoT yang mampu mewujudkan one stop service (sistem pelayanan terpadu satu pintu) yang berbasis data. Era digital adalah era yang berbasis data. Tanpa data tidak dapat berbuat apa apa. Budaya data adalah budaya era digital.

Era digital juga era media, yang menjadi ruang komunikasi, koordinasi, bahkan untuk memanage hingga memberikan informasi. Dalam nomenklatur kepolisian dikatakan Media seakan menjadi ruang penghubung yang menjembatani berbagai kepentingan untuk berbagai kepentingan. Agar kepentingan yang dimaksudkan dapat tercapai maka media ini perlu ditata dimanage.

Memanage media bisa menggunakan prinsip prinsip dasar management yang dikenal POAC ( planning  organizing  actuiting and controlling). Planing merupakan pembuatan grand design yang menjawab dan menjabarkan atas pertanyaan pertanyaan: apa bagaimana di mana siapa hingga mengapa menggunakan media. Dari sini dapat dipelajari algoritma media apa yang menjadi pola atau kesukaan dari siapa yang menjadi sasarannya. Sehingga dapat dibuat rancang bangun pesan yang akan disampaikan termasuk bagaimana dan siapa yang akan menyampaikan. Kekuatan media pada jejaring dan dukungan dari para viewer hingga orang orang yang menyukainya. Hal ini berdampak pd labeling dan rating. Ini bisa menjadi semacam gethok tular, sesuatu yang berantai. Penyebaran konten atau isi dari pesan yang bahkan disampaikan secara reguler atau periodik ini juga kekuatan media.

Topik yang sama dilakukan terus menerus pada frekwensi yang sama akan mempengaruhi opini publik. Tentu cara pengemasan yang menarik fun menghibur kekinian dan dpat dipercaya. Cara memaknai mengemas dan memarketingkan merupakan satu rangkaian yang saling mendukung dan mempengaruhi.

Di era post truth berita yang menyesatkan atau pembodohan pengadu dombaan ujaran kebencian, itu dikemas sedemikian rupa membuat publik percaya. Hal yang fakta dan kebohongan yang diviralkan melalui berita hoax by design. Bukan tiba tiba tetapi ada yang mengolah dan menjadikan ruang media menyampaikan kepentingan kepentingannya demi mencapai tujuannya.

Di era demokrasi kebebasan mengkritik dan penyampaian pendapat diperbolehkan. Namun apa yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan. Media di era digital menjadi ruang bebas bahkan saking bebasnya nilai etika ditabrak semua hingga dilabel netizen paling buruk tata kramanya. Tatkala sesuatu yang provokatif dimintakan pertanggungjawaban muncul kembali kemasan pembrangusan. Dahulu perang bintang, perang adu kekuatan, sekarang perang media. Adu konten dan upaya pencerdasan maupun standar berita menjadi dasar counter hoax.

Media yang tanpa keteraturan bisa dianalogikan kawasan kumuh sarat berita sampah. Tatkala yang masuk diruang itu tanpa pengetahuan atau pemahaman yg cukup dan main telan dan ikut menyebarkan ini yang berbahaya. Kepentingan apa saja bisa diolah di media. Meme, vlog, dll, menjadi pilihan. Dari religi, seni, tradisi, hobby, komuniti hingga teknologi ada di sana. Memanage media membangun citra untuk dapat menata dan menggunakan berita bagi pencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Era Digital, Era Smart Management

Manajemen yang cerdas adalah manajemen fungsional yang mampu memberikan pelayanan yang prima. Yang didukung dengan sistem elektronik secara terpadu dan saling terhubung (on line). Di dalam pelayanan kepolisian dapat dikategorikan pelayanan: keamanan, keselamatan, hukum, administrasi, informasi dan kemanusiaan yang dilaksanakan secara aktual namun didukung secara virtual.

Di era digital polisi yang smart managemet dimulai dari:

1. Sistem monitoring pemetaan dan berbagai bentuk pengawasan dengan cctv kamera kamera pada drone, dsb, yang termonitor pada back office sebagai operation room. Yang  dapat dilihat srcara real time. Sistem monitoring data diambil dari bagian inputing data yang digunakan untuk menganalisa wilayah sesuai dengan kebutuhan maupun pengkategorianya: aman, rawan 1, rawan 2, dst.

2. Sistem informasi komunikasi dan laporan atau pengaduan dari masyarakat yang bersifat aduan atas gangguan pelanggaran kejahatan sampai hal kontijensi.

3. Sistem reaksi cepat yang terintegrasi antara kepolisian, rumah sakit, ambulance, pemadam kebakaran, dan PLN merupakan bagian untuk bergerak secara terintegrasi dengan skala prioritas.

4. Patroli virtual dan aktual untuk memberikan keamanan dan rasa aman bagi warga masyarakat. Dengan berbagai informasi dan solusinya.

5. Pelayanan-pelayanan publik dikerjakan secara online dan aktual untuk keamanan, keselamatan, hukum, informasi, administrasi maupun untuk kemanusiaan.

6. Pengimplementasian program  kepolisian pada birokrasi maupun pada masyarakat. Kegiatan kegiatan ini akan tertata dan terkoneksi serta terkontrol dlm sistem online.
smart managenent bagi kepolisian siber menjadi keunggulan atas pemberdayaan IT sistem one gate service dan berbagai quick response timenya. Smart management ini akan mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi secara prima.*

Chryshnanda Dwilaksana
Menjelang Fajar030222

Share
Leave a comment