Belajar On Line Belajar Ala Bambang Ekalaya (Palgunadi)

TRANSINDONESIA.CO – Di era digital yang sedang dilanda pandemi Covid-19 berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan terpaksa harus dikurangi bahkan ditiadakan untuk menjaga jarak. Salah satunya belajar mengajar. Pola belajar dengan cara tidak bertemu langsung dalam kisah mahabarata sudah dilakukan oleh Bambang Ekalaya atau Palgunadi yang ingin belajar memanah kepada Begawan Dorna namun ditolak.

Namun ia tidak putus asa, kemudian membuat patung mirip Begawan Dorna. Mulailah ia berlatih dengan sepenuh hati. Hasilnya sangat luar biasa kemampuan memanahnya dapat dikatakan sebanding dengan Arjuna. Kemampuan dan kehebatan memanah Bambang Ekalaya diketahui kaum Pandawa dan Kurawa tatkala anjing piaraan Duryudana diserang seseorang mulutnya disumpal dengan tujuh panah sekaligus.

Begawan Dorna melihat siapa yang berbuat, ternyata Bambang Ekalaya pelakunya yang juga belajar memanah di depan patung Begawan Dorna. Begawan Dorna pun menganggap sebagai berguru kepadanya dan meminta bayaran ibu jarinya.

Kisat Bambang Ekalaya atau Palgunadi di era New Normal cara elektronik secara on line dilakukan untuk mentransformasi ilmu. Apa yang dilakukan Bambang Ekalaya semestinya juga dilakukan kita semua. Walaupun di masa pandemi, belajar on line belajar mandiri tidak menjadi halangan. Yang dipentingkan di sini adalah kesadaran. Spirit untuk membangun upaya mencerdaskan kehidupan bangsa hendaknya menjadi pilar. Cara on line pun bisa dilakukan dari media sosial untuk menstimuli otak dan hati nurani kepada kebaikan dan kemauan melakukan perbaikkan.

Kedisiplinan membaca dan mencerna segala sesuatu secara bijaksana untuk kemanusiaan. Apa yang diajarkan atau apa yang diperoleh dalam media sosial atau hal hal yang ada pada on line system adalah untuk membangun peradaban. Konteks cara belajar Bambang Ekalaya mampu menangkap spirit Kebegawanan dari Pandita Dorna sehingga kemampuan ketrampilan memanah dapat diperolehnya.

Belajar on line bukan berarti boleh semaunya atau seenaknya atau dengan cara berpikir seenaknya saja. Melainkan tetap dengan spirit yang dapat didukung dengan kemampuan untuk:

1. Menggolong golongkan/mengkategorikan/mengklasterkan.
2. Berpikir secara holistik atau sistemik untuk dapat menghubung hubungkan dan mengkonstruksikan atau memdekonstruksikan suatu fenomena dengan fenomena yang lain.
3. Memahami makna di balik fenomena sehingga apa yang dipahami bukan sebatas yang tangible tetapi juga yang untangible
4. Berpikir model yaitu mampu membuat suatu kreasi atau imaji atas suatu fenomena sehingga tahu mana proses mana tujuan. Yang lebih penting lagi mampu melepaskan belenggu pola belajar menghafal.
5. Berpikir secara konseptual dan teoritikal. Ini adalah mampu berpikir kritis menemukan mangatasi mengantisipasi hingga memberi solusi. Karena cara berpikir di sini adalah mampu mengabstraksikan atau menemukan prinsip prinsip yang mendasar dan berlaku umum.
6. Melihat dari sudut pendekatan atau paradigma. Suatu fenomena dapat saja berbeda fakta gejala maupun maknanya. Cara melihat dan memperlakukan ini akan membantu proses belajar mengajar secara proaktif untuk terus kreatif dan inovatif

Model on line bukan halangan untuk menjadi cerdas atau untuk mencerdaskan. Semua itu memerlukan passion. Semangat dan kesadaran ini memerlukan disiplin walaupun bukan ala siap grak sadar grak.

Keteladanan penanaman nilai nilai mental spiritual sangat diperlukan. Para guru senior orang tua atau siapa saja yang berkaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya mampu menjadi ikon atau simbol pencerdasan. Auranya mampu menginspirasi memotivasi menanamkan nilai nilai moralitas dan humanisme dan sebagainya. Di sinilah spirit Kebegawanan Pandita Dorna mampu menyemangati mentransformasi hal hal baik dan kebaikan untuk perbaikan.

Belajar on line tatkala para guru maupun pendidik mampu memberikan transformasi sehingga para murid memiliki semangat membara seperti apa  yang dilakukan Bambang Ekalaya. Hasil pembelajaran on line akan sangat luar biasa dan mampu menjadi kekuatan kebanggaan sebagai pilar kedaulatan daya tahan daya tangkal bahkan daya saing bangsa.**

Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment