Boedoet 89:  Tawuran dan Korsa Ala Boedoet Menyatukan Kebersamaan

TRANSINDONESIA.CO – Anak SMAN 1 Jakarta biang tawuran? Itu sudah jadi tradisi mereka sejak dulu. Namun apa yang terjadi di era Boedoet 89 bukan sekedar tradisi namun juga berbalut tragedi, Tragedi Boedoet Kelabu 1989. Dimana beberapa fasilitas sekolah di SMAN 1 Jakarta hancur dan musuhnya pun tetangganya sendiri: STMN 1 Jakarta.

Ini sebenarnya diluar tradisi tawuran mereka, biasanya musuhnya dari luar dan rival terberat SMAN 1 Jakarta adalah SMAN 10 Jakarta atau lebih dikenal sebagai ‘anak captoen’ namun entah kenapa di era Boedoet 89 tetangga sendiri sampai menjadi rival.

Tidak diketahui pasti apa penyebabnya. Yang jelas hari itu, sekelompok siswa STMN 1 Jakarta menyerang ke SMAN 1 Jakarta, peristiwa itu terjadi kira-kira  seminggu sebelum mereka ujian akhir nasional. Lab Kimia legendaris karena telah ada sejak sekolah itu berjejak di jalan Budi Utomo no.7 itu porak poranda dan untungnya tidak terbakar.

Bisa dibayangkan, jika zat-zat kimia berbahaya itu terbakar tentunya akan memicu kebakaran hebat gedung yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Pemda DKI.

Namun kerusakan parah justru terjadi di ruangan yang letaknya bersebelahan dengan tembok STMN 1 Jakarta itu, beberapa ruangan sekretariat kegiatan ekskul, lab elektronika ada di situ rusak parah. Bukan hanya itu, seorang guru yang baru memiliki mobil dari hasil kreditan pun tak luput dari peristiwa itu, kaca mobilnya hancur berantakan dan bodi mobil yang baru itu pun ikut kena getahnya.

Belum lagi tawuran usai Turnamen Basket Antar  SMA se- Jakarta, dimana kerap terjadi anak Boedoet tawuran dengan rivalnya, terutama saat pertandingan mencapai final. Hari-hari belajar mereka, pun dilaksanakan dengan jiwa survival tinggi serta semangat pertahanan diri yang kokoh. Setiap pulang, mereka harus berjaga-jaga terutama di daerah-daerah di sekitar Poncol, Pasar Senen, Pasar Baru, Gunung Sahari daerah yang bisa dipastikan tempat perseteruan mereka.

Dalam ingatan mereka, Boedoet 89 adalah angkatan terakhir yang cukup beringas dalam jiwa korsa ala Boedoet. Namun, ternyata setelah mereka lulus, di Oktober 1989 justru terjadi peristiwa penyerangan kembali hingga menyebabkan kebakaran di beberapa bangunan penunjang fasilitas pendidikan di SMAN 1 Jakarta. Akibat peristiwa terakhir itu, beberapa kepala sekolah di kawasan itu dimutasi dan dibuatkan kesepakatan bersama bahwa sesama warga kawasan Jl. Budi Utomo dan sekitarnya untuk tidak saling serang satu sama lain.

“Jika mengenang tragedi itu, sedih rasanya. Hidung saya kini tidak ada tulangnya, karena parahnya luka di wajah saya sehinga dokter-dokter di RSPAD terpaksa ‘mengambilnya’. Peristiwa itu terjadi seminggu sebelum saya ujian akhir dan saat ujian dengan perban yang masih basah dan muka saya digips hanya menyisakan lubang mata, telinga, hidung dan mulut. Dengan keterbatasan itu saya ikut ujian dan alhamdulilah bisa lulus dan lolos dari Boedoet 89 dengan selamat,” tutur Wahyu Kumis, saksi sejarah peristiwa Tragedi Kelabu Boedoet 89.

Tentunya bukan itu yang hendak diingat oleh Komunitas Boedoet 89 dan menjadi alasan  ketika setelah 30 tahun, mereka kumpul dan baru mengukuhkan kepengurusan Boedoet 89 pada Kamis (25/7/2019) di Serabi NHI Cempaka Putih, Jl. Cempaka Putih Raya Jakarta.

“Selama ini, kepemimpinan yang dijalankan oleh Komunitas Boedoet 89 adalah kolektif kolegial. Jadi siapapun yang tampil dalam setiap kegiatan mewakili Boedoet 89 ditunjuk dan berdasarkan kebiasaan dan kesiapan personil Boedoet 89 semata pada saat itu”, tutur Wahyu Taqwa Dhie, Ketua Umum Boedoet  yang baru terbentuk.

“Kami, saat itu tidak mengenal adanya gank seperti halnya senior-senior kami, saat itu kami hanya satu: Boedoet 89. Itu pula dikemudian hari membuat kami nyaman, karena tidak adanya faksi di antara kami sehingga mudah menyepakati siapa yang hadir dalam kegiatan acara mewakili Boedoet 89″.

Angelica Tangker pun menambahkan,”Tradisi dan jiwa korsa ala Boedoet sewaktu SMA dulu setidaknya membentuk kami hingga seperti  sekarang ini. Kami jadi terlatih berstrategi dan berfikir cepat serta berani mengambil keputusan terutama  di saat-saat genting”.

Tapi Wahyu tak memungkiri, ekses perbedaan sudut pandang politik di tahun-tahun terakhir mampu sedikit mengurangi solidnya Boedoet 89. Namun, ketika memori ingatan dibalikkan ke masa SMA mereka terutama pada peristiwa Tragedi Kelabu itu mereka pun sadar pada dasarnya mereka tetap satu dan solid. Selain itu, dengan terbentuk Kepengurusan Boedoet 89, khalayak khususnya di lingkungan Alumni Boedoet tidak  bingung tentang siapa yang mengurusi Boedoet 89.

Kini, setelah 30 tahun Boedoet 89 melahirkan tokoh-tokohnya yang dikenal luas di masyarakat, sebut saja:

1.Fritz Simatupang, merupakan arsitek handal yang masuk dalam nominasi Earns and Young Award.

2.Angelica Tengker, merupakan penggiat dan pakar bidang pendidikan serta komunikasi di Indonesia

3.Profesor Nandi Setiadi, merupakan Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia

4.Dr. Irfan Wahyudi, merupakan ahli Urologi dan sekaligus salah satu pimpinan di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo.

5.Sigit Purnomo, merupakan penggiat dan Ahli Ekonomi Syariah di Indonesia

6.Eko R. Gindo, merupakan banker yang piawai dan saat ini menduduki jabatan sebagai Direktur Utama Bank Bukopin

7.Luki Alamsyah, merupakan salah satu founder dan motivator ESQ.165

8.Erwin Sukmawan, merupakan penggiat logistik perairan di Indonesia

9.Ahmad Robby, merupakan penggiat usaha Tour and Travel di Indonesia

10.Boy Hidayat Lubis, merupakan expert dalam bidang Informatika, dan sekaligus pendiri Ikatan Ahli Informatikan Indonesia

Kepengurusan yang terbentuk, menyepakati Wahyu Taqwa Dhie sebagai Ketua Umum dibantu oleh Ketua I Ahmad Robby, Ketua II Angelica Tengker.

Susunan lengkap kepengurusan Ikaboedoet 89 adalah:

Ketua Umum : Wahyu Taqwa Dhie

Ketua I : Ahmad Robby

Ketua II : Angelica Tengker

Sekretariat Jenderal : Ade Mulyanti, Didiek Rahmadi, dan Ahmad Syarif

Bendahara : Kartika Wulansari, Nuryani Yunus, dan Luki Alamsyah

Bidang Keanggotaan : Noviana Rahatmi, dan Elfatah Karim

Bidang Kegiatan dan Dokumentasi : R Beni Sugiharto, dan KA Vivi Reyanti

Bidang Sosial dan Kemasyarakatan : Erwin Soekmawan, dan Grace Tanus

Bidang Komunikasi dan Informasi : Hariawan D, dan Ade Vidiyanto S

Bidang Kerohanian : Cynthia Fairryana, dan Puti Yuniati

Selain memiliki struktur kepengurusan, Chapter Link Boedoet ’89 di luarnegeri pun ada, untuk koneksi dan kontak dalam kemudahan Boedoet ’89 jika berada di negara tsb : Chapter Menchester – UK,  Chapter Amsterdam – Belanda, Chapter Hongkong – RRC, Chapter Brusel – Belgia, Chapter Toronto – Canada, Chapter Sydney – Australia, Chapter Narita – Jepang, Chapter Tokyo – Jepang, Chapter Italia

Ditunjuknya Wahyu Taqwa Die sebagai Ketua Boedoet 89 bukannya tanpa alasan, segudang prestasi telah dia toreh. Di tahun 2005, ditunjuk sebagai tim asistensi  Menteri Perdagangan  dalam membidani lahirnya  Undang Undang Resi Gudang di Indonesia. Tahun 2008, General Manager Corporate Treasury pada PT. Pertamina Patra Niaga (anak usaha PT. Pertamina (Persero), dan  setahun kemudian menjadi  Vice President Corporate Treasury di tempat yang sama (salah satu Vice President termuda di lingkungan PT. Pertamina (Persero) dan  membawa  PT. Pertamina Patra Niaga  meraih “Triple A Award” se Asia Pacific di Hong Kong di tahun 2013, dengan predikat : Best Logistic and Trading – Structured Trade Finance Solution.

Kegiatan pertama Kepengurusan Boedoet 89 yang akan dilakukan adalah pada 8 September 2019 nanti akan menyelenggarakan jalan santai bersama dengan rute nostalgia wilayah yang pernah mereka jelajahi semasa SMA: Lapangan Banteng, Gunung Sahari dan Pasar Baru.

Ketika merilis kegiatan ini di Kamis (25/7) tadi, tergambar jelas kebersamaan dan kemesraan mereka seperti yang pernah mereka jalani semasa sma dulu. Pasca gelaran kegiatan pertama, mereka pun akan menyiapkan program-program lanjutan agar silaturahim antara sesama warga Boedoet 89 tetap terjalin.

Seperti yang kerap dilontarkan oleh Chairul Tanjung, Ketua Umum Ikaboedoet bahwa Boedoet melahirkan lulusannya yang unik dan sesuai dengan karakter pribadi mereka. Itu pula yang ada di Boedoet 89. Wahyu Taqwa Die mengilustrasikan tentang keunikan mereka itu dengan sebuah frasa,” Kami adalah pecahan-pecahan kaca yang beragam bentuk dan warna. Namun ketika disatukan dan ditata ala mozaik dalam bingkainya akan jadi lukisan dan gambar yang indah”.

Keunikan dan keberagaman keluarga besar Boedoet 89 merupakan asset dan khazanah yang perlu dijaga dan pelihara. Di tangan Wahyu dan kawan-kawan Pengurus Boedoet  89 yang perdana ini diharapkan kebersamaan dan kekeluargaan jadi energi dan lentera utama dalam mendukung dan memayungi kegiatan keluarga besar Boedoet 89 di masa yang akan datang.[MIZ]

Share
Leave a comment