Shalawat dan Puisi, Kado Kepada Istri

TRANSINDONESIA.CO – Merayakan ulang tahun istri soal yang klise dan serba biasa. Namun melewatinya tak sekadar memesan kue tart atau setampah tumpeng, menjadi “perbincangan ruhani” yang tak sederhana. Yang bisa menjadi gambar mental  perihal seperti apakah “anatomi” batiniah anda.

Di tengah kepercayaan intelektual bangkrutnya  “kedai” materialisme  dengan segala  implikasi   ikhwal  berkeyakinan, ber$kir dan bertindak, bagaimana cara lain hendak merayakan, tepatnya mengekspresikan syukur, setakat ulang tahun sang istri?

Berikut ini, Transindonesia.co mengintip dan mengutip cara advokat Muhammad Joni, menorehkan bait frasa kalimat puitis yang bersampiran shalawat kepada peristiwa ulang tahun sang istri. Seperti yang dikutip dari akun facebook miliknya berikut ini.

Muhamamd Joni dan istri.[FB]
“Hari ini Duhai Daku berulang tahun. Duhai Daku (DD) adalah aku, walau anatomis bukan diriku sendiri.

Duhai “Me-in-Law”: ulang tahunmu  3-3-2017  yang  kudu  dirayakan-syukurkan ini patut dipuisikan, karena terjadi diantara peristiwa sejarah kunjungan Khadimul Haramain as Syarifain Sri Baginda Malik Salman, yang bulan lalu Haramain, dua kota suci itu kita ziarahi. Entah   berapa banyak peristiwa halus alias pengalaman ruhani penuh cinta yang nikmatnya kita  reguk  nun disana sekeluarga.

Kita bersatu dengan jamaah, seperti setetes embun menyatu menjadi samudera. Tak menyendiri dan menjadi nihil, seperti tetes embun di daun yang hilang diterpa hangat matahari pagi karena menjadi dirinya sendiri.

DD, tak ada satupun peristiwa makrokosmis dan mikrokosmis yang kebetulan, namun semua   dalam   genggaman-NYA, seperti bait Saidul Istighfar itu. Termasuk untaian frasa taklimat ringan ini yang kubuat lagi tatkala diriku masih dikuasai syukur dan cinta di kamar kita.

Merasakan syukur dan cinta lebih disebabkan hati yang berpesta-pesta, yang bisa membawa kita pergi melalak kepada jagat makro & mikro milik-NYA. Yang bisa dijelajahi dan didarati, bukan dengan jet supersonik ataupun for ji (4G), namun dengan kenderaan rasa (hati) bermerek bahagia bertenaga mesin ridho sukacita berbahan bakar setia. Tauhid adalah hati ridho setia pada-NYA. Sebut saja dengan akronim “HRS”.

Rupa-rupanya, kenderaan jenis HRS itu sajalah yang bisa menempuh dan mendarati jagat kasih sayang-NYA. Manfaatkan dan rawatkanlah sebagai anugerah Allah. Jangan ragu memintaku membimbingmu menunggangi kenderaan HRS itu.

Apa caraku? Terus-terusan bersyukur keras dan bekerja keras, lagi cerdas, cermat dan tidak   amatiran memiloti kenderaan nir fisik jenis HRS itu untukmu Duhai  Daku  (DD).

Sembari acap melantunkan shalawat al Fatih kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai kadonya dan menuturkan selarik harapan doa selamat-sentosa sebagai bungkus penghiasnya. Adalah ikhtiar menjelajahi dan mendarati jagat kasih-NYA, bersamamu dan putra putri kita.

Kututurkan Shalawat dan doa sebagai kado untukmu DD Zulchaina Tanamas: yang ditakdirkn sebagai istri dan ibu dari anak-anakku. Dengan sebait puisi syukur sebagai ikhtiar perayaannya.  Hati yang bersyukur adalah hati yang berpesta-pesta. Hati yang dikuasai sang DD”. [Muhamamd Joni – Advokat]

Share
Leave a comment