Sejuta Kreatifitas Menjadikan Maha Karya

TRANSINDONESIA.CO – Menjadikan ikon suatu maha karya (master piece) dibutuhkan kreatifitas yang besar, kemauan, kerelaan, dan mau mengakui atau membanggakan karya anak bangsanya.

Sebagai contoh, ada beberapa ratus atau ribu macam unutk sebuah maha karya Leonardo Davinci yang berjudul Mona Lisa? Berapa banyak membahas Pieta karya Michelangelo? Berapa macam bentuk Marchendise sampai dengan plesetan-plesetan karya Raphael? Berapa banyak model-model untuk maha karya Rembrand, Van Gogh, Rubens, Vermer, Frida Kahlo, Diego Rivera, Butero, Picasso, Salvador Dali, Matise, Monet, Manet, Chagall, Andy Wahrol?

Tentu banyak sekali dari memberikan nama bandara, jalan, gedung, musium, taman, hingga berbagai pernak-pernik yang ada dimana-mana. Di taman-taman kota, diberbagai area publik  diperkenalkan kepada rakyat akan maha karya dunia.

Karya lukis Chryshnanda Dwilaksana.[Imh]
Karya lukis Chryshnanda Dwilaksana.[Imh]
Menanam dan menumbukan kecintaan akan seni bukan pada pendidikan di kelas saja, namun mengajak masyarakatnya dapat merasakan dan menikmati suatu maha karya.

Inspirasi ditanamkan dengan menyadarkan, bukan mengajarkan. Membangkitkan minat bukan dengan perintah-perintah. Memotivasi untuk berkreasi bukan dengan cara mengebiri.

Silakan kita coba menggambar pemandangan, apa yang secara sontan kita lakukan? Menarik garis lurus batas cakrawala membuat dua gunung, menarik garis lurus untuk jalan lurus. Menarik garis dengan membuat kotak-kotak sebagai bentuk sawah, ditambah dengan pohon kelapa dan di awan diberi gambar burung dengan membuat seperti angka 3 menghadap ke bawah.

Cukup sudah menjadi pemandangan alam. Tanpa sadar pendidikan seni mengkebiri. Dan parahnya lagi sudah tidak bisa membuat, tidak mampu menikmati dan ketika berkuasa malah menginjak-injaknya sendiri karya anak bangsanya. Tak sedikit karya anak bangsanya dicampakkan dan dilicehkanya pula.

Semua itu terefleksi dalam lingkungan kantornya, rumahnya, kebijakan-kebijakanya, keberpihakanya. Karya seni menjadi maha karya memang memerlukan politik dan dukungan dari penguasa dan pengusaha karena merekalah sang empunya power untuk mewujudkanya.[CDL21082016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment