Kisah Shandra Woworuntu Korban Perbudakan Seks di Amerika [6]

TRANSINDONESIA.CO – Saat Shandra Woworuntu menginjakkan kakinya di AS, ia berharap bisa memulai karir baru di industri perhotelan. Namun ia justru dijerumuskan ke dunia prostitusi dan perbudakan seksual, dipaksa mengkonsumsi obat-obatan dan mengalami kekerasan.

Setelah berhasil kabur, polisi mengabaikan laporannya, dan Konsulat RI juga menolak memberinya bantuan hingga ia jadi gelandangan. Kisah ini mungkin akan tak tertahankan bagi sebagian pembaca, seperti dilansir dari bbc.com, berikut penuturan Shandra;

Jadi kami harus tetap waspada. Tidak ada yang bisa ditebak.

Meski saya menjaga kewaspadaan, saya seakan mati rasa, dan tidak bisa menangis. Diliputi kesedihan, kemarahan, kekecewaan, saya hanya bisa melakukan apa yang telah diperintahkan, dan berusaha keras untuk bertahan hidup.

Sejumlah kartu nama orang-orang yang telah membantu Shandra terlepas dari kasus perbudakan seks.
Sejumlah kartu nama orang-orang yang telah membantu Shandra terlepas dari kasus perbudakan seks.

Saya ingat saat melihat gadis kecil yang dipukuli, dan saya juga melihat para penjahat itu menyakiti perempuan-perempuan lainnya jika mereka membuat masalah atau menolak melakukan seks. Pistol, pisau dan pemukul bisbol menjadi peralatan yang digunakan silih berganti.

Mereka memberi saya julukan ‘Candy.’ Semua perempuan yang diperdagangkan berasal dari Asia – selain dari Indonesia, ada juga gadis-gadis dari Thailand, Cina dan Malaysia. Ada pula para wanita yang bukan merupakan budak seks. Mereka adalah pelacur yang mencari penghasilan dan tampaknya bisa bebas untuk datang dan pergi.

Hampir setiap malam, sekitar tengah malam, salah seorang anggota sindikat membawa saya ke sebuah kasino. Mereka akan mendandani saya supaya terlihat bagai putri. Mucikari saya akan memakai setelan hitam dan sepatu hitam mengkilat, dan berjalan diam-diam di samping saya seperti pengawal saya, sambil menodongkan pistol ke punggung saya setiap waktu. Kami tidak melewati lobi, tapi melalui pintu masuk staf dan lift khusus untuk layanan binatu.

Saya ingat pertama kali diantar ke kamar hotel kasino, saya pikir mungkin saya bisa lari. Tapi rupanya salah seorang anggota sindikat menunggu saya di koridor. Ia menunjukkan ke kamar sebelah, lalu kamar berikutnya dan seterusnya. Saya berada di setiap kamar selama empat puluh lima menit, malam demi malam, mucikari selalu menunggu di balik pintu kamar.

Saya selalu patuh, makanya saya tidak pernah dipukuli oleh para mucikari. Tapi para pelanggan sangat kejam. Beberapa dari mereka tampak seperti anggota mafia Asia, tetapi ada juga orang kulit putih, orang hitam, dan orang-orang Hispanik. Ada orang-orang tua dan mahasiswa. Saya adalah milik mereka selama 45 menit dan saya harus melakukan apa yang mereka katakan, kalau tidak mereka akan menyakiti saya.[Nik]

Share
Leave a comment