Perempuan Aceh Peringati Wafatnya Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien

TRANSINDONESIA.CO – Wafatnya pahlawan Aceh, Cut Nyak Dhien, 6 Nopember 1908 yang dimakamkan di Sumedang, Jawa Barat, diperingati kaum perempuan yang tergabung dalam Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Aceh.

Rukaiyah Ibrahim Nain, Wakil Ketua BKOW Aceh, mengatakan setiap tahun 65 organisasi perempuan BKOW mengadakan kegiatan spritual untuk memberi motivasi kepada generasi Aceh.

“Kami ingin perempuan Aceh kembali dalam ke Acehan, kami ingin semangat Cut Nyak Dhien timbul lagi, jangan semangat loyo, ketakutan karena itu tidak ada pada diri pahlwan Aceh. Maka darah inilah yang harus turun ke pribadi perempuan Aceh dan anak penerus,” jelasnya.

Pernyataan tersebut disampaikan disela-sela melakukan aksi bagi-bagi bunga di persimpangan Kisaran Meulaboh, rombongan kaum perempuan dari Banda Aceh ini turun ke Kabupaten Aceh Barat mengunjungi makam pahlawan nasional Indonesia Teuku Umar tak lain adalah suami Cut Nyak Dhien.

Selain itu juga ada sejumlah rangkaian kegiatan lain seperti Seminar, lomba mewarnai gambar Cut Nyak Dhien, duta Cut Nyak Dhien, Lomba Pajoh Ranup (makan sirih) serta melakukan gebrakan menemui DPRD Aceh bersama organisasi Laskar Cut Nyak Dhien untuk memintakan dibangunnya monumen sejarah Cut Nyak Dhien.

Rukaiyah Ibrahim Nain mengatakan, semangat kaum hawa generasi Aceh sangat mencintai sosok pahlawan Cut Nyak Dhien, generasi Aceh rindu kepada sosok pahlawan demikian, karena itu komunitas ini berharap pemerintah Aceh mendirikan satu monumen sejarah tempat keberadaanya di Aceh.

“Kenapa kita minta remaja Aceh mereka mewarnai Pajoh Ranup, kemudian bagaimana duta Cut Nyak Dhien dalam pakaian Aceh gampong, bukan Aceh menor-menor. Tapi yang terpenting lagi adalah harapan kami ada satu monumen sejarah Cut Nyak Dhien berdiri di Aceh,” tegasnya.

Lebih lanjut dikatakan, momentum peringatan wafatnya Cut Nyak Dhien ke-107 tahun 2015 ini, kaum hawa di Aceh ini meminta pemerintah menetapkan satu hari libur memperingati hari pahlawan nasional perempuan Aceh secara khusus.

Kemudian diusulkan juga adanya satu hari khsusus berbahasa Aceh yang diterapkan secara menyeluruh disemua aktivitas, mulai dari sekolah, perkantoran bahkan sampai pedagang dan masyarakat berbicara bahasa Aceh dalam satu hari penuh.

“Di Sumedang, itu ada satu hari berbahasa daerah (sunda), kenapa kita disini tidak menciptakan satu hari dalam sepekan berbahasa Aceh. Jadi tidak ada pedangang, guru, anak sekolah dan semua harus berbicara bahasa Aceh,” katanya menambahkan.

Peringatan wafatnya Cut Nyak Dhien tersebut turut diikuti oleh mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Meulaboh, Pema UTU, Ikatan pelajar Mahasiswa Aceh Barat (Ipelmabar), serta dimeriahkan marching band MAN 1 Meulaboh.(Ant/Dri)

Share
Leave a comment