80% TKI Jabar Sektor Informal Bekerja di Arab Saudi

bisnis tki jabar

 

 

TRANSINDONESIA.Co, Jakarta : Sekitar 80 persen tenaga kerja luar negeri terutama pekerja sektor informal yang berasal dari Jawa Barat (Jabar) bekerja di Arab Saudi. Ada kemungkinan, tingginya animo masyarakat tersebut karena faktor manfaat, yakni bisa berhaji atau umroh.

Tingginya persentase penempatan TKI informal ke negara kaya minyak itu disebabkan terbatasnya lapangan kerja bagi masyarakat dengan pendidikan rendah. Faktor lain adalah tingginya pertumbuhan penduduk sehingga berimplikasi juga terhadap tingginya pencari kerja.

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi (Balitfo) Kemenakertrans Sugiarto Sumas mengatakan itu kepada wartawan, di Jakarta Kamis (20/3/2014).

“Hingga saat ini kami menyimpulkan ada sekitar 80 persen masyarakat dari Kabupaten Sukabumi, Karawang, Cirebon, dan Indramayu menjadi TKI informal ke Arab Saudi. Kajian ini kami lakukan atas permintaan Menakertrans mengenai tingginya animo masyarakat yang bekerja di Arab Saudi,” kata Sugiarto.

Kajian itu, katanya, masih dilakukan di empat daerah tersebut. Kesimpulan mengenai persentase itu masih bersifat sementara. Dia berjanji, hasil kajian itu akan dipublikasikan akhir April 2014.

Selain empat daerah tersebut, Sugiarto juga menyebutkan akan melakukan kajian di daerah NTB dan Madura. Kedua daerah tersebut juga merupakan daerah kantong TKI dengan jumlah penempatan yang tinggi.

“Nantinya, semua hasil kajian ini akan mengerucut terhadap kebijakan pemerintah untuk mengurangi penempatan TKI informal,” katanya.

Dalam berbagai kesempatan, Menakertrans Muhaimin Iskandar mengatakan akan menghentikan penempatan TKI informal. Sebaliknya, dia memperluas penempatan TKI formal.

“Dari awal kita perketat pelaksanaan persiapan keberangkatan TKI dengan baik. Hanya TKI yang benar-benar siap dan lengkap dokumennya saja yang diizinkan untuk bekerja, Sedangkan yang belum siap akan ditunda keberangkatannya sehingga meminimalisasi timbulnya masalah baru ketika bekerja di luar negeri,” ujarnya.

Untuk mendukung hal tersebut, Kemnakertrans melakukan kampanye slogan TKI “Jangan Berangkat Sebelum Siap” di kantong-kantong TKI di Indonesia. TKI, kata Muhaimin, minimal harus memiliki empat aspek kesiapan yaitu siap fisik, mental, bahasa dan keterampilan, siap dokumen, serta siap pengetahuan negara tujuan.

“Pengurangan penempatan TKI informal diharapkan seiring dan sejalan dengan peningkatan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan TKI serta makin menurunnya masalah dan kasus-kasus TKI,” katanya.

Jumlah penempatan TKI pada 2013 mencapai 512.168 orang yang terdiri dari 285.197 TKI formal (56 persen) dan 226.871 orang TKI informal (44 persen). Sedangkan pada 2012, jumlah penempatan TKI mencapai 494.609 orang, terdiri dari 258.411 TKI formal (52 persen) dan 236.198 TKI informal (48 persen).(bs/met)

Share
Leave a comment