Polisi dan Dolly Jadi Target Teroris Surabaya

Teroris

TRANSINDONESIA, Jakarta : Dua terduga teroris Isnaini Ramdhoni dan Abdul Majid,  yang ditangkap dalam operasi antiteror yang digelar di Surabaya, Jawa Timur, pernah mengikuti pelatihan para militer (iddad) di Poso, Sulawesi Tengah, yang dipimpin Santoso menargetkan polisi dan lokalisasi porsitusi Dolly dan club malam.

“Minggu ini kita menekuni penyidikan keberadaan mereka yang pernah teridentifikasi melakukan kegiatan pelatihan teror di Poso, Sulteng terkait Santoso. Maka kemarin, Senin jam 19.30-an, ada dua pemuda yang ditangkap Densus 88 bersama Polda Jatim di Kedung Cowek, Surabaya. Mereka ini adalah yang terlibat pelatihan,” kata Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri Selasa (21/1/2014).

Saat ini, kata Boy, kedua orang tersebut telah melarikan diri meninggalkan Poso. Isnaini diketahui kelahiran Probolinggo, 13 Juni 1983 dan beralamat di Jalan Pahlawan Gang Kemiri 51 RT 001/ 015 Kebonsari Kulon, Kanigaran, Probolinggo, Jawa Timur sedangkan Abdul Majid kelahiran Surabaya, pada 18 Oktober 1978 dan beralamat di Tanah Merah IV Sayur I/17 Kedinding, Kenjeran, Surabaya.

“Bersama mereka ada bahan peledak yang kita amankan. Ada dua bom rakitan. Juga tas ransel, alat peralatan yang kita duga kuat rakit-merakit dan perlengkapan pribadi milik pelaku. Rencananya pengeboman itu dilakukan hari ini,” tambah Boy.

Amaliyah pengeboman dan menggunakan senjata tajam untuk menyerang polisi itu direncanakan pada pos polisi Keputih Kenjeran, Surabaya dan Pos pol Perak di Jalan Jakarta, Surabaya.

Lalu tempat hiburan yang telah di survei pelaku adalah tempat hiburan Dolar di Taman Hiburan Rakyat (THR), lokalisasi prostitusi Dolly, club malam Galaxy di Pandegiling, dan pub Colour di Jalan Sumatera.

Abu Wardah alias Santoso alias Abu Yahya adalah buron nomor satu yang yang diduga kuat berada di balik serangkaian teror di Poso.

Santoso yang kini mengatasnamakan dirinya sebagai Komandan Mujahidin Indonesia Timur dan menyebut dirinya sebagai Abu Mus’ab Al-Zarqawi Al-Indunesi itu, memang bisa dikatakan licin bagai belut.

Beberapa kali Densus 88/Antiteror berhasil menangkap anak buahnya, tapi lelaki yang menyatakan jika kelompoknya tidak ada kaitannya dengan Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) yang didirikan oleh Abu Bakar Ba’asyir itu, selalu berhasil lolos.

Aksi teror terakhir yang melibatkan Santoso adalah serangan bom bunuh di Mapolres Poso pada 3 Juni lalu. Saat itu pelaku bom bunuh diri adalah Zainul Arifin alias Arif Petak yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur atau hanya sekitar satu jam berkendara mobil dari Kedung Cowek.(bs/mat)

Share
Leave a comment