Orientasi Kepemimpinan
TRANSINDONESIA.co | Pemimpin simbol dari kekuatan sekaligus kelemahan sebagai manusia biasa. Kebijaksanaan sang pemimpin terefleksi dari pikiran, perkataan, perbuatan maupun dari kinerjanya. Pemimpin mewakili banyak orang dan mengemban amanah atas kekuasaan dan kekuatan untuk mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan bersama.
Pemimpin adalah sang pemimpi. Mimpi dalam konteks pemimpin dan kepemimpinannya bukanlah halayan atau bualan pepesan kosong melainkan pemikiran yang visioner. Dengan harapan mampu memperbaiki kesalahan di masa lalu, menjaga marwah dan nilai nilai luhur yang telah dirintis para pendahulunya. Mampu dan siap di era kekinian dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Kebijakannya baik maupun buruk akan menjadi legacy. Gaya kepemimpinan dari otoriter hingga demokratis bervariasi dapat diterapkan sesuai dengan konteksnya. Pemimpin ini bagai dirigen yang memainkan orkestra dengan harmoni menyanyikan lagu lagu indah.
Pemimpin merupakan kekuatan yang merupakan simbol dan sumber energi. Pemimpin yang tidak mampu menjadi simbol dan Kemampuan menjadi simbol dan sumber energi akan muncul dari mimpinya agar dapat menjadi kenyataan. Pemimpin memberi penyegaran dan harapan bagi terwujud dan terpeliharanya kehidupan serta meningkatnya kualitas hidup banyak orang.
Pemimpin yang mampu menjadi simbol dan sumber energi ini akan mampu membawa apa saja yang dipimpinnya mendapatkan kepercayaan banyak orang. Dan mengangkat harkat dan martabat hidup manusia sekalipun dalam lingkup kecil terbatas hingga lingkup yang luas bahkan mengglobal.
Sespim Lemdiklat Polri menyelenggarakan orientasi kepemimpinan untuk menanamkan jiwa seorang pemimpin yang berkarakter, yang peka, peduli dan berbelarasa bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Moralitas menjadi dasar bagi pemimpin dan kepemimpinanya dalam mengambil kebijakan yang bijaksana.
Moralitas seorang pemimpin dapat direfleksikan antara lain:
1. Kerendah hatiannya
2. Peka peduli respek dan berbela rasa terhadap manusia dan kemanusiaan
3. Memiliki mimpi untuk memajukan yang dipimpinnya
4. Peduli terhadap masalah masalah kecil yang sering diabaikan dalam kehidupan sehari hari.
5. Berani dan mampu menghadapi fakta brutal
6. Memiliki keberanian untk belajar dan memperbaiki kesalahan di masa lalu
7. Siap menghadapi tuntutan tantangan harapan bahkan ancaman di masa kini
8. Mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik
9. Berpikir strategis yang mampu memberikan pengaruh atau dampak luas
10. Menginspirasi memotivasi memberi solusi dan siap menjadi sahabat teman curhat dsb
Masih banyak lagi yang dapat kita gali dari nilai nilai kepemimpinan di atas, mungkin yang paling berat adalah untuk rendah hati. Mudah diucapkan namun amat sulit dilakukan karena kelekatan dan kecanduan apa yang dinamakan; Egois, merasa paling, rasa ingin dominan dan mendominasi,pandang enteng, serakah, susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang, hobby mencela bahkan melecehkan. Kecanduan hal hal tsb membuat sulit dan beratnya menjadi rendah hati.
Satu mulut dua mata dan dua telinga melihat mendengar ini lebih diutamakan daripada berbicara apalagi dengan akuismenya yang tinggi. Ingin paling dari menonjol sampai paling dikasihani merupakan kelekatan yang berat dihilangkan. Para kurawa saat dipanggil kakak tertuanya Duryudana selalu memamerkan dirinya dengan mengatakan kulo …kulo ….kulo…kulo…kulo yang artinya saya… saya …. saya …. saya. Tatkala cakap lebih banyak daripada mendengar atau memgamati maka kejumawaan yang menonjol daripada kebijaksanaanya.
Orientasi lingkungan bukan sekedar berkeliling menapaki rute atau jalur yang telah ditentukan melainkan melatih kebersamaan, keteraturan, peka dan peduli terhadap lingkungan. Untuk menjadi adil dan bijaksana acuannya adalah kejujuran, kebenaran dan keadilam. Jujur itu kerendahatian yang tulus bukan pura pura atau sekedar memakai topeng atau ANS asal ndoro senang atau safety player tetapi benar tulus dan berani serta menjadi kebiasaan.
Pemimpin harus berani seperti lilin terus menerangi walau dirinya meleleh. Pemimpin berani berkorban bahkan menanggung beban kesalahan. Karena pemimpin bukan sekedar mengatakan pimpinan saya ambil alih tetapi juga berani bertanggung jawab dalam kondisi apapun tidak menyalahkan, tidak mencari kesalahan melainkan belajar dari kesalahan. Bagi pemimpin bertanggung jawab solutif kreatif dengan proaktif.
Orientasi lingkungan diharapkan para peserta didik mampu menunjukan kempuannya hidup bersama sebagai mahkluk sosial. Mampu mengendalikan diri, melindungi dan membantu yang lemah.Pemimpin iku kudu ono lelabuhane ora ono lelabuhane ora ono gunane ratu iku anane mung winates dadi kawulo tanpo winates. Menjadi pemimpin tatkala tidak membawa manfaat, tidak ada gunanya. menjadi pemimpin ada batasnya dan menjadi rakyat ada di sepajang hayat.**
Chrysnanda Dwilaksana
Lembah Someah 140323