Car Free Night : Pengamanan dan Pesta Rakyat, Religi, Seni dan Tradisi

TRANSINDONESIA.CO – Pengalamanku 2006 saat pengamanan malam takbiran di monas. Malam kemenangan jadi saling hujat saling berebut mencari jalan. Sama sekali tidak bisa dinikmati.

Aku lihat ada bapak-bapak memboncengkan anaknya yang masih kecil tertidur kelelahan. Ada yang berkostum aneh aneh bahkan ala halowen. Naik di atas kap bus dan berboncengan lebih dari dua orang.

Tidak mencerminkan suatu budaya yang bernuansa religi seni dan tradisi. Semua saling berebut saling mengklaim saling merasa paling berhak dan paling benar.

Jalur monas terpaksa ditutup
Orang yang akan ke Bekasi atau ke Tangerang semua dia arahkan lewat harmoni. Pikiran kami hanya lancar dan jangan macet.

Saat puku 01.30 kami juga kelelahan. Aku menoleh ke dalam Monas banyak bakul-bakul gorengan dan asongan juga kelelahan daganganya tidak laku.

Salah seorang penjual itu aku dekati dan dia bicara lirih: “Goro goro sampiyan pak dagangan kulo mboten pajeng” (gara gara bapak dagangan saya tidak laku).

Share
Leave a comment