Guru yang Digugu dan Ditiru

Kalau guru sudah menjadi ganjal atau pelengkap penderita bagaimana pendidikan akan maju.

TRANSINDONESIA.co | Oleh : Chrysnanda Dwilaksana

Menjadi guru kadang karena terpaksa atau teĹrsesat namun di jalan yang benar. Masa lalu menjadi guru menjadi kebanggaan dan bisa diunggulkan. Masa kini, banyak guru yang terbelenggu. Guru dilawan murid, guru diintervensi orang tua murid, guru terzolimi. Guru terpaksa mencari tambahan lain yang di luar keilmuannya, dari menjadi tukang ojek sampai jadi pemulung.

Kalau guru sudah menjadi ganjal atau pelengkap penderita bagaimana pendidikan akan maju. Banyak guru yang baik dan benar dan menjadi pejuang bagi memajukan pendidikan dan bagi kemanusiaan. Guru guru yang baik dan benar kadang makan hati seperti Guru Oemar Bakri yang dinyanyikan Iwan Fals.

Murid murid di era digital merasa sudah lebih tahu dari guru gurunya. Mereka lupa dalam pendidikan perlu diajarkan moralitas, nilai nilai kemanusiaan, soliditas, merawat kebhinekaan dan kebhinekaan. Kecerdasan ibtelektual saja tidaklah cukup dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita bisa melihat betapa mirisnya anak anak sekolah demgan seragamnya melakukan pelanggaran bahkan kejahatan. Gaya preman sok jagoan merajalela. Belajar yang penting nilai bagus entah bagaimana caranya. Okol kadang dipuja mengalahkan akal. Ugal ugalan, melakukan hal hal yang membahayakan bagi dirinya dan orang lain.

Romo Mangun mengatakan: “Pada Pendidikanlah Tergantung Masa Depan Bangsa”. Jangan berharap masa depan lebih maju kalau pendidikannya amburadul. Dan Guru sejatinya menjadi ikon dan kunci pendidikan. Guru sangat dibutuhkan namun tak diinginkan. Buktinya guru dalam status sosialnya tidak diperhatikan. Bagaimana orang orang yang bangga menjadi guru yang idealis malah dianggap duri dalam daging. Guru dituntut menjadi superman yang bisa segala hal, namun energi menjadi super terabaikan.

Mungkin kalau dikritik tajam ada yang membantah dan membela diri dengan memamerkan segala seremonialnya. Puja puji dan pengakuan serta penghargaan di sana sini. Namun dalam fakta lagi lagi guru dijadikan ganjel pelengkap penderita. Cerita duka lara ada di mana mana. Namun sejatinya karya guru guru yang mencintai pekerjaannya tidaklah sia sia. Setiap jaman ada orangnya setiap orang ada jamannya. Asal jangan di setiap jaman orangnya itu itu saja.

Guru tetaplah menjadi pilar bangsa. Muridmu yang bengal sekalipun mengakui siapa guru yang mulia. Entah ia kelak menjadi apa saja, akan tetap ingat keteladanan mu. Walau sikap dan perilakunya nyebelin itu tanda sayang dan cinta kepada guru.

Guru ya digugu dan ditiru ya nunggui wong turu. Para murid yang tertidur dikelas atau main hp atau tidak konsentrasi belajar. Memandsikan manusia memang bukan hal mudah. Tidak mungkin demgan teriakan: siap grak, pinter grak. Semua membutuhkan proses panjang dan perjuangan.

Selamat hari guru, salim sungkem suhu, baktimu dikenang selalu dalam keabadian kehidupan.*

Hari Guru 251122

Share
Leave a comment