AMANAT

"Serigala tidak akan mampu diteladani para domba"

TRANSINDONESIA.co | Amanat dapat dimaknai sebagai tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan. Di dalam Undang Undang pun memberikan amanat untuk para petugas yang memegang; jabatan, kewenangan dan kekuasaan. Apa yang dipercayakan menunjukan milik si pemberi kepercayaan.

Jabatan, kekuasaan, kewenangan itu titipan. Itu milik rakyat. Bagaimana tatkala amanat tersebut dijadikan pasar, diperjual belikan, secara sewenang-wenang. Bagaimana rasa sang pemilik amanat tadi. Tentu saja kecewa, marah, malu.

Pada puncaknya akan mengambil kembali amanat itu dengan cara mereka sendiri. Entah dengan turun ke jalan, merusak, melawan, main hakim sendiri, dsb.

Kepercayaan seringkali manis diucapkan. Namun lagi lagi tatkala amanat dari rakyat dijadikan jual beli atas jabatan, kewenangan, kekuasaannya pun juga merupakan titipan. Maka tatkala menggunakannya pun akan berupaya mengembalikan modal.

Siapa yang dihajarnya? Sudah pasti rakyat sang pemilik amanat tadi. Apa yang dilakukan? Bagaimana mencari dan mendapatkan dan melanggengkan jabatan, kekuasaan dan kewenangan. Muncullah grup, klik, kroni sampai dengan kerajaan atau kekaisaran. Semakin besar, akan semakin mengakar menguasai.

Analoginya bagai seekor naga yang kuat luar biasa, bisa di darat, di laut, di udara bahkan memiliki semburan api. Jangankan melawan, ngrasani saja bisa mati. Siapa saja yang berseberangan atau dianggap membahayakan akan dimatikan karier bahkan hidup dan kehidupannya.

Naga akan memelihara anak anak naga. Orang jahat tidak tahan dengan orang baik. Mereka gerah dengan perubahan. Mati matian mempertahankan status quo. Mereka takut kehilangan previledgenya. Kekuatan mereka dibangun dengan gaya mafia “wani piro”. Loyalitasnya pun akan dinilai dari kerelaannya berkorban dan dikorbankan.

Jabatan, kekuasaan, kewenangan yang berdampak pada sumber daya besar akan dianggap jabatan basah, jabatan strategis. Sudah pasti dikuasai mereka dan hanya kaum yang direstui mereka yang bisa bertahta di sana.

Dalam menentukan jabatan, kekuasaan pun ada bargaining, tidak hanya uang tetapi juga politis yang mungkin saja dari luar. Munculah titipan. Dari titipan politik sampai titipan vendor semua bisa terjadi. Bahkan mafia pun bisa tahu sepak terjang kebijakan yang ada di internal.

Tatkala amanat sudah disalahgunakan melampaui batasnya maka rakyat bahkan Tuhan akan marah. Memberi tanda bahwa kuasa sudah jumawa maka akan berdampak pada petaka. Kerakusan membutakan, dan kejumawaan merasa paling segalanya. Sadar, kembali kepada keutamaan memang tak mudah. Bukan sebatas perintah, marah, atau mengancam. Tetapi juga keteladanan.

Serigala tidak akan mampu diteladani para domba. Serigala dijadikan gembala maka hanya akan menyantap dombanya. Tidak akan mencari domba yang hilang. Maka akan terus berkelit dengan pembenaran pembenarannya. [Chrysnanda Dwilaksana]

Malam Kelam 151022

Share
Leave a comment