FX Subroto (Subro) : Jegegesan dalam Gambar Kartun

TRANSINDONESIA.co | Malam ini saya sendirian di kantor, rasa sunyi, tiba tiba terbesit tentang kartun FX Subroto (Subro). Beberapa waktu lalu saya bincang bincang dengan Pak Gatot Eko Cahyono dan Mas Doni Blero tentang pak Subro. Mas Doni malah memberi saya foto copyan cukup tebal karya karya pak Subro di majalah berbasa Jawa Joko Lodang. Saat memberikan kepada saya mas Dony bersama pak Alex Pracoyo. Kami melihat lihat karya pak Subro tiba tiba saya jadi cekakakan sendiri. Lucu gambar gambar kartun khas pak Subro yang berjudul: “Mas Dana lan Mas Tinju”. Dialog bahasa Jawa ditambah angka angka ajaib sambung menyambung. Ini mengingatkan syair sandi dan angka angka ramalan berbasis kitab 1001 tafsir mimpi. Mistik, buntut dan berbagai istilah lotre jaman dulu. Kartun pak Subro seakan menjadi acuan penuntun memilih angka angka jitu. Apa yang digambar pak Subro bukan kaitan dengan judi namun sebagai seni ngudari ruwetnya kehidupan. Cerita kehidupan rakyat kebanyakan menjadi suatu sanepo bagi pembacanya. Semua dibebaskan menafsir dialog, gambar dan angka angkanya. Ini kecerdasan imajinatif konstruktivis teoritikal yang menembus makna di balik fenomena.

Saya secara pribadi tidak mengenal pak Subro, namun dari karya karya beliau sejak SD saya sudah mengagumi. Saya melihat gaya guyonan yang bisa sitangkap anak SD seusia saya waktu itu. Banyak kisah yang disampaikan contohnya: “Saya senang dikritik tapi jangan pedas pedas”. Ada lagi calon wakil rakyat yang kerjanya tidar tidur saja, ditegur istrinya :” pak kok hanya tidar tidur kerjamu?”, lalu dijawab:” bu aku ini sedang latihan”. Banyak lainnya lagi yang konyol tetapi jleb dan ngakak bagi yang membacanya guyonannya mudah dicerna. Ini kecerdasan pak Subro menulis, dan menggambarkannya secara jenaka. Penggambaran kehidupan orang kebanyakan seperti rumahnya bocor, si pemilik rumah mengambil baskom dan mandi dari air bocoran tadi.

Kritik sosial dalam kartun menjadi pelipur lara, menghilangkan kesesakan dan kepenatan hidup. Kalau ingat lagu ” ayo ngguyu ” menjadi pertanda ojo seru seru. Demikian halnya demgan kartun mengkritik, menggelitik, mengkoprol koprolkan sesuatu asal tidak terlalu tajam, ojo seru seru, ojo saru saru. Kartun kadang dikaitkan dengan hal hal yang saru saru, nyempet nyrempet tentang sex. Itulah kehidupan, nek ora saru ora seru. Apa yang disajikan pak Subro sejak tahun 60 an sudah begitu banyak menghibur. Tahu karya dan nama tanpa kenal orangnya.

Pak Subro sudah sepuh beliau terus berkarya dan berbuat apa saja yang bisa menghibur. Produktifitas dan energi luar biasa. Pak Subro sekarang sedang sakit. Beliau lemah terbaring. Tadi mas Doni ngabari saya kalau beliau gerah. Beliau bukan lelah namun raga memang sering tak selalu siap menampung jiwa. Pak Subro banyak menginspirasi dan banyak menghibur melalui kartunnya. Ceritera orang orang yang dekat dengan beliau sering menceritakan keceriaanya, kelucuannya dan ceplas ceplos josnya. Pak Subro dianggap sebagai guru bagi banyak kartunis. Melalui karya menjadikan berkat bagi hidup dan kehidupan. Mugi enggal saras pak Subro dan bisa berkaya lagi “jegegesan dalam gambar kartun” khas pak Subro.

Turangga dalam kesendirian 10022
Chrysnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment