WWF: Dunia Harus Bekerja Sama Atasi Ancaman Lautan Plastik

TRANSINDONESIA.co | Plastik telah menyusupi seluruh bagian lautan dan kini didapati “di plankton terkecil hingga paus terbesar,” kata organisasi konservasi alam WWF, Selasa (8/2), seraya menyerukan upaya segera untuk menciptakan perjanjian internasional mengenai plastik.

Potongan-potongan kecil plastik telah mencapai bahkan ke daerah paling terpencil dan tampaknya masih perawan di bumi, menutupi es di laut di Arktik dan ditemukan di dalam tubuh ikan di ceruk laut terdalam, Palung Mariana.

Sekarang ini belum ada perjanjian internasional untuk mengatasi masalah plastik, meskipun para delegasi untuk pertemuan lingkungan PBB di Nairobi bulan ini diperkirakan akan meluncurkan pembicaraan mengenai perjanjian plastik di seluruh dunia.

WWF berupaya memperkuat alasan untuk bertindak dalam laporan terbarunya, yang menggabungkan lebih dari 2.000 kajian ilmiah terpisah mengenai dampak polusi plastik terhadap lautan, keanekaragaman hayati dan ekosistem laut.

Laporan itu mengakui bahwa sekarang ini tidak cukup bukti untuk memperkirakan potensi dampaknya terhadap manusia.

Tetapi laporan itu mendapati bahwa zat yang berasal dari bahan bakar fosil “telah mencapai setiap bagian lautan, mulai dari permukaan laut hingga ke dasar laut dalam, mulai dari Kutub hingga pesisir pulau-pulau paling terpencil dan dapat dideteksi di plankton-plankton terkecil hingga di paus terbesar.”

Menurut sejumlah perkiraan, antara 19 dan 23 juta ton sampah plastik terbawa ke perairan dunia setiap tahun, kata laporan WWF itu.

Sebagian besar berasal dari bahan plastik sekali pakai, yang masih merupakan penyebab lebih dari 60 persen polusi laut, meskipun semakin banyak negara yang melarang penggunaannya.

“Di banyak tempat, sudah tercapai semacam titik jenuh bagi ekosistem laut, di mana kita mendekati level yang menimbulkan ancaman signifikan,” kata Eirik Lindebjerg, Manajer Kebijakan Plastik Global WWF. Di beberapa tempat, ada juga risiko “kehancuran ekosistem,” lanjutnya.

Banyak orang telah melihat foto-foto burung laut yang tercekik oleh sedotan plastik atau penyu yang terbungkus oleh jala nelayan yang dibuang. Tetapi ia mengatakan bahayanya terdapat di seluruh jaring makanan laut.

Ini “bukan hanya berdampak bagi paus, anjing laut dan penyu, tetapi juga cadangan iklan dalam jumlah besar dan satwa yang bergantung padanya,” lanjutnya.

Dalam satu penelitian pada tahun 2021, 386 spesies ikan, dari 555, yang diteliti ternyata didapati menelan plastik. [uh/ka]

Sumber: Voaindonesia

Share
Leave a comment