Seni Antara Serius dan Santai

TRANSINDONESIA.CO | Keseriusan dalam berkarya merupakan suatu standar profesionalisme. Namun suasana hati yang nyaman dan tenteram memerlukan adanya santai. Kedua hal serius dan santai saling melengkapi. Santai dalam konteks ini bukan bermakna seenaknya, melainkan menunjukan suasana kerja yang harmoni.

Tatkala bekerja dalam bidang seni salah satu yang mendasar adalah kemerdekaan atau bebas, namun ada aturan yang ditaati secara disiplin. Merdeka tanpa tanggungjawab tanpa aturan yang harus ditaati itu namanya kegilaan. Serius namun santai dianalogikan dalam kinerja yang memenuhi standar.

Konteks standarisasi ini yang menjamin kualitas karya, apakah itu dalam standardization of work input, standization of work process maupun standardization of work out put. Standar ini merupakan penuntun atau petunjuk dalam bekerja.

Walaupun prosesnya ada kebebasan dan hal hal yang bersifat kemanusiaan menjadi bagian penting untuk mengembangkan imajinasinya. Melanggar pakem atau aturan dasarpun boleh ditabrak sejauh masih pada koridor koridor etika yang telah disepakati bersama. Serius dan santai ini sejatinya merupakan suatu kesepakatan bersama untuk adanya suatu harmoni.

Seni sebagai refleksi peradaban maka cara cara beradab dan kemanusiaan ini yang dilandaskan. Memberikan ruang dan tantangan bahkan dukungan untuk memahami kehidupan. Seni tatkala dijalani dalam ruang aman nyaman serba kecukupan dapat dianalogikan jiwa dalam karyanya melayang layang dan tidak mampu membumi. Akan penuh kepura-puraan, tiada lagi kejujuran bahkan karya seni sebatas topeng menyenang-nyenangkan yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Tatkala seni sudah terperosok dalam lobang pseudo maka topeng berlapis akan menutupi jiwa seniman dan karya seninya.

Apa salahnya dan apa susahnya membuat orang senang? Tidak ada yang salah dan yang susah. Dalam kehidupan sosial sesuatu hal yang dapat dikatakan wajar kaitan dengan kekuatan dan kekuasaan, karena di dalam kehidupan sosial ada stratifikasi sosial. Hegemoni ada di situ dan kadang malah oligarkipun menjadi jadi. Seni adalah peradaban.

Seni ada di mana-mana dapat dilihat dari sudut apa saja dan dengan cara apa saja. Keseriusan dan kesantaian dalam berkesenian ini sebenarnya harmoni yang memerdekakan pada langkah langkah memanusiakan manusia. Berbagai jeratan birokrasi dan topeng topeng kemunafikan perlu diminimalisir. Mengapa diminimalisir? Karena tidak akan dapat dihilangkan seratus persen. Di situlah manusia memiliki rasa.

Serius dan santai itu tanda manusi yang diatur secara otomatis tanpa sadar dalam jiwa. Membangun rasa sebagai tanda bahwa berkesenian ada kewajiban serius dan keharusan untuk santai agar ada harmoni. Seni panggilan jiwa bukanlah keterpaksaan apa lagi ikut ikutan yang memaksakan diri.

Fajar Tegal Parang 071021
Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment