Raja Malaysia Kemungkinan Segera Umumkan PM Baru

TRANSINDONESIA.CO | Raja Malaysia melangsungkan pertemuan dengan para sultan di istana nasional, Jumat (20/8). Mereka membahas penunjukan perdana menteri baru yang dinilai banyak pihak kemungkinan akan membangkitkan kemarahan publik dan lebih banyak ketidakstabilan politik.

Mantan wakil perdana menteri Ismail Sabri Yaakob siap untuk mengambil posisi teratas pemerintahan setelah dilaporkan mendapatkan dukungan dari 114 anggota parlemen, atau mayoritas tipis.

Penunjukan Ismail berarti kembalinya Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang memerintah Malaysia sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1957 sebelum digulingkan pada 2018 karena skandal keuangan miliaran dolar.

Penunjukan itu pada dasarnya juga akan mengembalikan aliansi Muhyiddin Yassin ke kekuasaan. UMNO adalah partai terbesar dalam aliansi itu. Muhyiddin mengundurkan diri sebagai perdana menteri Senin lalu setelah kurang dari 18 bulan menjabat.

Raja Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah bertemu dengan para anggota parlemen yang dilaporkan mendukung Ismail pada hari Kamis, dan pertemuannya dengan sembilan sultan pada Jumat diperkirakan untuk membahas hasilnya. Setelah pertemuan itu, raja akan mengumumkan keputusannya.

Peran raja sebagian besar bersifat seremonial di Malaysia, tetapi ia memiliki hak untuk menunjuk orang yang diyakini memiliki dukungan mayoritas di Parlemen sebagai perdana menteri. Para sultan biasanya memberikan masukan kepada raja mengenai penunjukan semacam itu.

Seratus empat belas suara yang diperoleh Ismail melebihi 111 yang dibutuhkan untuk meraih mayoritas sederhana. Jumlah itu hampir sama dengan yang pernah dimiliki Muhyiddin, dan sulit dipertahankan. Ismail yang berasal dari UMNO masih membutuhkan dukungan partai Muhyiddin untuk bisa memimpin.

Warga Malaysia yang marah telah meluncurkan petisi online untuk memprotes pencalonan Ismail, dengan lebih dari 340.000 tanda tangan telah dikumpulkan sejauh ini. Banyak yang percaya penunjukan Ismail hanya akan mengembalikan status quo.

Pemerintah Malaysia dianggap gagal menangani pandemi. Negara itu tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat infeksi dan kematian per kapita tertinggi di dunia, meskipun telah memberlakukan keadaan darurat selama tujuh bulan dan lockdown sejak Juni.

Jumlah infeksi baru harian meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Juni dan mencapai rekor 22.928 pada Kamis. Malaysia kini tercatat memiliki hampir 1,5 juta kasus. Kematian telah melonjak hingga di atas 13.000. [ab/ka]

Sumber: Voaindonesia

Share
Leave a comment