Karya Membuka Suka Walau Dalam Duka
TRANSINDONESIA.CO | Kematian kesakitan kemiskinan ketidakadilan diskriminasi penindasan bencana alam kebakaran banyak hal lagi yang dikata sebagai dukacita. Dukacita tentu saja dilinangi air mata hati gundah gulana kecewa marah bahkan bisa saja putus asa. Pikiran perasaan hingga jiwa dalam tekanan. Ketidak berdayaan menjadi bagian dari kenyataan. Berserah bisakah menjadi solusi? Mungkin saja demikian. Berserah bukan menyerah bukan pasrah. Berserah bermakna percaya pada Yang Maha Kuasa dan melihat secercah harapan untuk bertahan hingga merecovery keadaan.
Kondisi pandemi, duka sudah di depan mata. Siapa saja kapan saja bisa kena. Belum lagi dampak bagi hidup dan kehidupan. Manusia seakan tiada harga. Tak peduli pejabat atau rakyat, tua muda bayi sekalipun bisa dilibasnya. Tak peduli siapa dia. Penghiburan harapan seringkali dijadikan kekuatan menghadapi. Keiklasan doa dan kenangan akan hidup dan kehidupannya yang lembaran lembaranya menjadi pusaka bagi peradaban manusia di masa pandemi Covid-19. Peziarahan masih panjang dan harus diteruskan. Duka panjang tanpa semangat dan spirit solidaritas sosial membekukan harapan.
Duka tercatat dalam angka.Di balik angka ada catatan jiwa yang mendahului kita kembali keharibaanNya. Harapan dalam duka ada, tatkala ada semangat berkarya. Karya membuka suka di dalam duka. Tetap dan terus berkarya salah satu obat juga menjadi sunber energi untuk membentang harapan baru.*
Menjelang tengah malam 090721
Chryshnanda Dwilaksana