In Memoriam I Ktut Nongos Putra I Nyoman Tjokot Penerus dan Penjaga Cokotisme

TRANSINDONESIA.CO | Pematung ekspresif magis I Ktut Nongos dikabarkan meninggal dalam kesunyian dan kesendiriannya. Putra maestro I Nyoman Tjokot di hari tuanya seakan dalam kesunyiannya. Tempat tinggalnya seakan menjadi saksi duka mendalam setelah kematian istrinya. Ktut Nongos tidak memiliki anak.

Ia hidup di daerah Teges Gianyar berdekatan dengan dengan salah satu putra Tjokot lainnya: I Made Dini. Karya karya Ktut Nongos nampak kuat karakternya pahatan dalam dalam dan mengekspresikan wajah wajah primitif begitu kuat yang dikatakan tergolong pada tribal art.

Imajinasinya liar menggambarkan sulur tangan kaki dan berbagai ornamen lainnya nampak karakter jiwa ktut Nongos yang berbeda dengan model model patung Bali lainnya. Catatan catatan media di masa keemasan cokotisme mungkin Ktut Nongos lah yang banyak di dokumentasi.

Mungkin saja Ktut Nongos melalui media membuka jalur cokotisme pada dunia paska dirintis oleh I Nyoman Tjokot.  Pada saat keemasannya merajai hampir semua galeri seni di Bali. Ktut Nongos menjadi pilar keluarga Tjokot lainnya. Keponakan keponakannya seperti Made Kanten, I Wayan Pondal, dll, hampir semua pernah berlatih dan berkarya serta tinggal pada Ktut Nongos.

Paska cokotisme surut seakan nama Ktut Nongos seakan juga meredup dan dilupakan. Hari tuanyanya seringkali ia jalani dalam kesendiriannya. Namun karya karyanya akan terus hidup dan abadi. Ktut Nongos lebih banyak memilih bahan ukirannya dari kayu Nangka utuh dan dibalik, akarnya di atas. Hampir semua karyanya dari kayu Nangka.

Ktut Nongos mengembangkan imajinasinya dan membentuk model baru walau cokotisme masih kental pada karyanya. Ktut Nongos tidak secara spontan seperti karya bapaknya, ia membuat bentuk dan model baru. Ia sendiri mengakui sangat senang dan mencintai pekerjaannya, bahkan saking senangnya berkarya sampai sampai terbawa mimpi.

Seni dan senimannya memang pasang surut dalam kehidupannya namun keabadian ditorehkan. Hidup memang pendek namun seni itu abadi “ars longa vita brevis”. Ktut Nongos telah menjalani hidup dan kehidupannya sebagai seniman patung sperti yang ayahnya ajarkan. Ia menjadi penerus dan sekaligus penjaga cokotisme.

Gaya ekspresif magis ini menjadi salah satu kekuatan seni patung Bali dan Indonesia pada umumnya. Pada kayu dihembuskan taksunya sehingga nampak hidup dan juga memiliki daya yang kuat pada karya Ktut Nongos. Karya karya Ktut Nongos nampak berbeda dengan karya anak cucu bahkan cicit Tjokot lainnya, ada model dan bentuk baru seseuai imajinasinya. Karya karya cokotisme tidak lepas dari budaya Bali dari tema sampai bentuknya merefleksikan budaya Bali yang hidup dalam tradisi masyarakat Bali.

Ktut Nongos pun dengan sadar menjaga dan merawat tradisi itu dalam berkarya dan dalam menjaga aliran cokotisme. Semasa hidupnya Ktut Nongos banyak mendapat penghargaan dari pemerintah maupun masyarakat luas. Karya karya Tjokot justru diapresiasi dan dikoleksi banyak menghiasi musium musium di Belanda, Amerika. Untuk di kalangan  Indonesia cokotisme dapat kita lihat di berbagai kolektor dan musium seperti musium seni rupa dan keramik, Taman Mini Indonesia Indah, keluarga pelukis Affandi, keluarga Ciputra, dsb.

Musium Tjokot sudah didirikan di Banjar Jati. Di mana I Nyoman Tjokot lahir hidup berkarya dan meninggal di situ. Walau sederhana namun sudah ada untuk menampung karya karya Tjokot dan cokotismenya. Karya karya Ktut Nongos juga menghiasi bahkan cukup dominan di sana.

Pak Nongos kini telah tiada namun karya karyanya tetap abadi, ajaran ajarannya masih diteruskan generasi generasi berikutnya.
Ktut Nongos telah menjalani dharmanya meluhurkan nama Tjokot dan mengajarkan cokotisme bagi keluarga dan kerabat Nyoman Tjokot.

Selamat jalan Pak Nongos semoga berbahagia di Surga. Amin

Jakarta 5 Juli 2021
Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment