Preman dan Premanisme: Benalu Kehidupan Sosial?

TRANSINDONESIA.CO | Preman dipahami sebagai jagoan jalanan yang melakukan langsung atau menjari kepanjangan tangan untuk memeras, menjadi backing, sesuatu yang ilegal, menjadi penerima suap. Cara yang dilakukan preman dari mempersulit mengancam menganggu hingga merusak dengan kekerasan psikis maupun  fisik. Para preman ini melakukan aksinya kepada kaum yang dianggap memiliki potensi produktifitas dan tidak memiliki kekuatan sosial atau kemampuan melawan secara fisik maupun sosial.

Biasanya, kaum minoritas yang paling sering dijadikan sasaran para preman. Para preman ini tidak hanya berdiri sendiri hal ini biasanya berkaitan dengan power yang secara bertingkat sesuai tingkatan kekuasaannya. Preman ini memiliki wilayah yang dijadikan arena pemalakannya, dan ada kategori tertentu juga yang menjadi sasaran pemalakkannya.

Preman dengan kata lain dapat dipahami sebagai seseorang atau sekelompok orang yang memiliki yang menikmati hasil dari keringat orang lain dengan cara mengganggu, mempersulit, membuat ketakutan, sehingga membuat orang yang menjadi sasarannya mau tidak mau mengikuti kehendaknya atau dengan terpaksa memberi upeti kepadanya.

Preman berkembang menjadi premanisme tatkala ada kekuatan yang terorganisir atau tersistematis untuk membuat orang lain terpaksa atau tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti apa yang menjadi kemauannya walaupun tahu cara cara itu tidak legal.

Setiap potensi sumber daya akan menjadi sumber bagi munculnya preman dan premanisme. Semakin besar sumber dayanya maka akan semakin luas dan semakin menggurita premanismenya. Secara non formal premanisme ini secara bertingkat tingkat lapis kemampuannya maupun wilayah pemalakannya. Semakin besar model premanisme ini semakin tertata dan terorganisir dengan cara cara yang didukung teknologi dan diawaki para profesional yang memiliki keahlian bahkan bisa saja berkaitan dengan aparat yang memiliki kewenangan.

Preman dan premanisme akan ada tumbuh dan berkembang tatkala hukum tebang pilih. Para aparaturnya masuk angin dan terbeli orientasinya, bukan kerja tetapi bagaimana untuk menjadikan profesinya sebagai pasar barter kewenangan. Wani piro oleh piro secara singkat dikatakan demikian. Dan para aparaturnya biasanya core valuenya bukan pada kinerjanya atau kompetensinya melainkan pada pendekatan personal. Model asal N.doro senang dan pendekatan personal merajalela.

Pikat, dekat, sikat, minggat. Kira kira begitulah spirit yang menjadikan adanya job basah dan kering. Seakan pelayanan publik menjadi pasar adu kekuatan untuk wani piro oleh piro tadi.

Preman dan premanisme pasti merupakan benalu bagi kehidupan sosial. Para kaum mapan dan nyaman pemegang kewenangan biasanya menjadi seperti godfather bagai naga yang tiada tandingnya. Jangankan di lawan, siapa saja yang ngrasani bisa dibunuh hidup dan kehidupannya bukan hanya dirinya tetapi juga keluarganya.

Preman memang berjualan jasa namun ia memaksa dan membuat orang terpaksa. Keamanan bisa saja diproduksi oleh preman dan premanismenya namun rasa aman tidak ada di dalam hatinya. Apa yang dilakukan kontra produktif dan menjadi benalu bagi hidup dan kehidupan sosial.

Fajar Memerah
24 Juni 2021

Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment