Al Qur’an tidak Cukup Dihafal, Tapi juga harus Dipahami dan Diamalkan

TRANSINDONESIA.CO | Haedar Nashir mengungkapkan al-Qur’an telah dijamin penjagaannya oleh Allah Swt. Berbagai cara Allah menjaga al-Qur’an, sebagaimana ditegaskan dalam tafsir surah Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”

“Dalam beberapa tafsir menyebut bahwa kata ‘lahafidzun’ secara mutlak Allah yang mewahyukan al-Qur’an, menjaganya dari segala perbuatan siapapun baik setan maupun manusia, yang berusaha mencederai, membelokkan, bahkan mungkin juga ingin menghilangkan al-Qur’an sejak diturunkan kepada Rasulullah Saw,” tutur Haedar dalam acara Khataman Al-Qur’an Online Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) pada Senin (14/6/2021).

Pada masa penurunan al-Qur’an, Allah menjaganya dari pencurian setan dan pada masa sesudah penurunannya, Allah menjaga al-Qur’an dari perubahan, penambahan, maupun pengurangan lafad dan penggantian maknanya. Menurut Haedar, cara Allah menjaga al-Qur’an salah satunya dengan melalui umatnya yang menjadi para penghafal.

“Karena itu, keluarga besar Universitas Dian Nuswantoro termasuk yang ikut menjaga dari apa yang Allah jaga. Nabi Saw pernah bersabda bahwa sebaik-baik ibadah adalah mereka yang menjaga, merawat, dan menghafal al-Qur’an. Artinya, menghafal al-Qur’an merupakan satu ibadah,” ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Tidak cukup hanya dengan menghafal, Haedar juga menyatakan bahwa al-Qur’an juga harus dipahami secara mendalam. Keadaan yang sangat ideal adalah apabila para penghafal al-Qur’an juga mengetahui dan memahami isi al-Qur’an. Sebab akan sulit menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan apabila isi kandungannya tidak dipahami secara baik.

“Kita memahami artinya, memahami maknanya, memahami maksud dan tujuan dari al-Qur’an dari yang kita baca itu. Kenapa harus memahami? Karena al-Qur’an itu petunjuk, pedoman hidup kita, bahkan menjadi pembeda antara hak dan batil,” kata Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Selain dihafal dan dipahami, menurut Haedar al-Qur’an juga harus diamalkan. Dalam sebuah hadis menyebutkan ketika Ibunda Aisyah radhiyallahu`anha ditanya mengenai akhlak Rasulullah Saw, beliau menjawab: “Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an” (HR Ahmad).

“Artinya bahwa Nabi Saw itu al-Qur’an yang berjalan. Nabi itu role model atau uswatun hasanah. Kehidupan, perjuangan, dan segala macam yang dilakukan Nabi Saw adalah al-Qur’an. Untuk sampai pada level mengamalkan memang harus melalui tahap menghafal dan memahami al-Qur’an dulu,” tegas Haedar.

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Share
Leave a comment