Bank Dunia: Krisis Lebanon adalah yang Terburuk di Dunia Sejak 1850an

TRANSINDONESIA.CO | Bank Dunia dalam laporan yang dirilis pada Selasa (1/6) mengtakan krisis ekonomi dan keuangan yang sangat parah di Lebanon kemungkinan merupakan salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.

Bank Dunia mengatakan sejak akhir 2019, Lebanon telah menghadapi tantangan berat, termasuk krisis ekonomi dan keuangan terburuk pada masa damai; perebakan luas virus corona; dan ledakan di Pelabuhan Beirut pada 2020 yang dianggap sebagai salah satu ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah dunia.

Dalam beberapa bulan terakhir ini krisis itu telah semakin memburuk, di tengah perebutan kekuasaan yang melumpuhkan negara itu. Perebutan antara presiden dan perdana menteri yang ditunjuk itu telah menangguhkan pembentukan pemerintahan baru.

Kabinet Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri beberapa hari setelah ledakan pada 4 Agustus 2020 itu, dan sejak itu Lebanon tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi penuh. Ledakan di Pelabuhan Beirut itu menewaskan 211 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya. Ledakan itu juga menghancurkan seluruh lingkungan di sekitarnya.

Bank Dunia mengatakan kelambanan kebijakan yang terus terjadi dan tidak adanya pemerintah yang berfungsi penuh dalam menghadapi tantangan besar ini, mengancam kondisi sosial-ekonomi yang sudah sangat buruk dan perdamaian sosial yang rapuh.

“Krisis ekonomi dan keuangan ini mungkin akan menempati peringkat 10 besar, mungkin tiga teratas, episode krisis paling parah secara global sejak pertengahan abad ke-19,” tambah laporan itu.

Laporan Bank Dunia itu juga menyatakan produk domestik bruto (PDB) Lebanon diproyeksikan mengalami kontraksi 9,5 persen pada 2021, setelah menyusut 20,3 persen pada 2020 dan 6,7 persen pada 2019. PDB Lebanon anjlok dari hampir $55 miliar pada 2018 menjadi sekitar $33 miliar pada 2020, sementara GDP per kapita anjlok sekitar 40 persen dalam dolar.

“Kontraksi brutal seperti ini biasanya terjadi dalam konflik atau perang,” kata Bank Dunia dalam laporan itu.

Seorang juru bicara Bank Dunia mengatakan laporan itu dirilis dua hari sebelum Wakil Presiden Bank Dunia Untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Ferid Belhaj dan Direktur Eksekutif Bank Dunia Merza Hussain Hasan dijadwalkan tiba di Lebanon untuk bertemu dengan para pejabat Lebanon dan mendesak mereka mengatasi krisis “segera.” [em/lt]

Sumber: Voaindonesia

Share
Leave a comment