Memuliakan Orang Tua

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya”

TRANSINDONESIA.CO – Saudaraku, kemuliaan hanya ada dalam ketaatan kepada Allah. Adapun kehinaan hanya ada pada penentangan dan maksiat kepada Allah. Kita akan mulia apabila berusaha memuliakan apa yang Allah muliakan Namun sebaliknya, kita akan hina apabila menghinakan apa yang telah Allah muliakan. Di antara hal yang Allah muliakan atas manusia adalah kedua orangtua, ayah dan ibu kita, atau kakek nenek, paman atau bibi, dan orang yang telah mengurus dan membesarkan kita. Tidak akan pernah datang kemuliaan dari Allah Al Mu’iz apabila kita menyia nyiakan dan durhaka kepada mereka. Sampai kapan pun Allah tidak ridha kepada anak yang tidak baik kepada orangtuanya. Bukankah keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orangtua?

Maka, salah satu cara paling cepat untuk diangkat derajat, dimuliakan, dimudahkan segala urusan, intinya dicintai Allah Al-Mu’iz wal Mudzil, adalah bersungguh sungguh dalam birrul walidain Mahasuci Allah yang telah menjadikan amalan memuliakan orangtua sebagai amalan yang amat dicintai Nya Demi Allah, siapa pun yang selalu berusaha untuk memuliakan kedua orangtuanya, niscaya akan dia angkat derajatnya ke tempat paling tinggi di dunia maupun di akhirat.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada Kulah Kembalimu.” demikian firman-Nya dalam surah Luqman, 31:14

Alangkah tepat andai firman Allah tersebut kita baca berulang-ulang dan kita renungkan dalam-dalam Sehingga, Allah Al-Mu’iz betkenan mengaruniakan cahaya hidayahnya kepada kita, mengaruniakan kesanggupan untuk mengoreksi diri dan mengaruniakan kesadaran untuk bertanya: Telah seberapa besarkah kita memuliakan orangtua, ayah dan ibu kita?”

Ada seorang perwira tinggi yang sukses dalam karirnya, ternyata memiliki jawaban yang sederhana ketika ditanya seseorang. “Waktu kecil apakah Bapak pernah bercita-cita ingin jadi seorang jenderal?” Pertanyaan itu dijawabnya dengan tegas, “Saya tidak pernah bercita-cita seperti itu, kalau pun ada yang saya dambakan ketika itu, bahkan sampai sekarang, saya hanya ingin membahagiakan kedua orangtua saya!”

Betapa dengan keinginan yang sepintas tampak sederhana, dia memiliki energi yang luar biasa sehingga mampu menempuh jenjang demi jenjang pendidikan dengan prestasi gemilang. Bahkan, ketika mulai masuk dinas ketentaraannya, dia mampu meraih jenjang demi jenjang dengan gemilang pula, sampai pada pangkat yang disandangnya sekarang. Masya Allah. Oleh karena itu, kita jangan sampai mengabaikan amalan yang sangat disukai Allah ini.

Rasulullah menempatkan ibu tiga tingkat di atas bapak dalam hal bakti kita pada keduanya. Betapa tidak, sekiranya saja kita menghitung penderitaan dan pengorbanan mereka untuk kita, sungguh tidak akan terhitung dan tertanggungkan Seorang ulama mengatakan, “Walau kulit kita dikupas sampai telepas dari tubuh tidak akan pernah bisa menandingi pengorbanan mereka kepada kita.

Berbulan bulan kita bebani perut ibu sehingga dia miring bergerak pun jadi sulit, karena rasa sakit menahan beban kita di dalam perutnya. Berjalan berat, duduk pun tidak enak, tapi dia tidak pernah kecewa Sebaliknya, dia selalu tersenyum. Begitu pun ketika melahirkan ibu kita benar-benar dalam keadaan hidup mati. Darah berhamburan, keringat bercucuran Sakit tiada terperi, namun dia tetap ikhlas! Manakala melihat kita si jabang bayi, hilanglah semua penderitaan. Senyum pun tersungging walau tubuh lunglai tatkala mendengar tangisan kita, yang kelak banyak menyusahkannya.

Ingatkah kita ketika masih bayi? Kepalanya kita kencingi Badannya kita beraki, sedang tidur pun kita bangunkan Kita suruh dia mencuci popok hampir setiap waktu.

Tiba waktu sekolah, orangtua kita harus peras keringat banting tulang, bahkan mau bertebal muka, ngutang ke sana ke sini. Semuanya dilakukan agar anak-anaknya bisa sekolah, bisa berpakaian seragam yang pantas. “Rutinitas” itu berlangsung bertahun-tahun, mulai dari SD, SMP, SMA, sampai kita kuliah. Bahkan, setelah menikah pun tetap saja kita menyusahkan dan membebani mereka dengan aneka masalah Benar-benar tidak tahu malu, kita menengadahkan tangan pada kedua orangtua sekian tahun lamanya.

Semua contoh itu seharusnya menyebabkan kita bisa mengukur diri. apa yang bisa kita lakukan untuk keduanya selama ini? Betapa sering kita mengiris-iris hatinya. Mulai dari tingkah-laku kita yang jauh dari kesopanan, ucapan yang terkadang menyakitkan, hingga perlakuan kita yang sering merendahkan. Yang lebih kurang ajar lagi, kita sering memperlakukan mereka sebagai pembantu. Bahkan ada di antara kita yang malu mempunyai orangtua yang lugu dan sederhana.

Tentu kita terlahir ke dunia tidak untuk berlaku rendah seperti itu. Allah dan rasul-Nya tidak akan pernah ridha melihat kelakuan tersebut. Dari sinilah kita harus berusaha menjaga hubungan baik dengan mereka, karena di sana terbuka pintu surga. Ridha orangtua adalah ridha Allah Ta’ala. Betapapun ada satu dua perlakukan orangtua kita yang kurang berkenan di hati, akan tetapi ingatlah bahwa darah dagingnya mengalir dan melekat di diri kita? Makanan yang sehari-hari kita makan pun adalah buah dari tetesan keringatnya. Alangkah lebih baik apabila kita bersabar dan teruslah panjatkan doa

Maka, jangan tunda waktu untuk membahagiakan mereka. Mohonkanlah maafnya atas segala kesalahan dan kelalaian kita selama ini. Karena siapa tahu Allah akan segera menakdirkan perpisahan antara kita dengan mereka untuk selama-lamanya. Kalau keduanya sudah berada di dalam kubur, bagaimana kita bisa mencium tangannya. Kita tidak bisa mempersembahkan bakti apapun kalau mereka sudah terbujur kaku

Jangan enggan untuk menjaga, membela, membahagiakan, memuliakan, menghormati, dan berbuat yang terbaik terhadap keduanya. Jangan lupa untuk selalu mendoakan keduanya agar mendapatkan khusnul khatimah Mudah-mudahan perjuangan kita yang ikhlas dalam memuliakan keduanya membuat Allah Al-Mu’iz ridha sehingga dia berkenan mengangkat derajat keduanya. Kita pun, dengan wasilah memuliakan mereka, menjadi hamba yang berada dalam naungan cahaya ridha-Nya.

Sumber: Buku Asmaul Husna Agar Hidup Penuh Makna karya Aa Gym

KH. Abdullah Gymnastiar

Share