Terapi Lintah Midin Muhidin Bertahan di Tengah Pandemi

TRANSINDONESIA.CO – Di tengah masa Pandemi Covid-19 ini, ternyata layanan Terapi Lintah Midin Muhidin masih bertahan dan tetap buka, meski tentu saja ada pengurangan jumlah dan intensitas pasien yang berobat.

Itu yang diungkapkan oleh sang terapis, Midin Muhidin pada Ahad (7/11/2020) di tempat prakteknya yang juga rumah kediamannya di Jl. Sasak Raya no. 80 Gg. Asmara rt.03/07 Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat.

“Buat saat ini pak, bertahan aja udah bagus dan ada aja yang datang, ujar laki-laki asli Limo itu menerangkan pada. Dan benar saja, baru saja Transindonesia.co berbincang sejenak ada seorang pasien yang datang dari BSD, seorang laki-laki yang mengeluh, bahwa ketika jalan cukup cepat terasa berat di bagian dada kirinya.

Tidak perlu waktu lama, Midin pun mengeluarkan koleksi lintah-lintahnya dan langsung menerapi sang bapak tersebut. Dalam penuturannya lebih lanjut, sang bapak menceritakan bahwa dulu dia sudah biasa menerapi dan biasa pesan lintah dari Pak Midin.

Terlihat sekali, perbedaan antara lintas saat awal diletakkan pada titik simpul syaraf untuk keluhan semacam itu di bagian dada dan kemudian berubah membesar dalam waktu kurang dari 1 jam dan lintahnya pun lepas sendiri.

“Biasanya, pasien akan merasakan efek baikan setelah terapi. Karena selain darahnya disedot, nggak banyak sih paling-paling 10 cc saja namun dari air liur lintah itu mengeluarkan 15 zat alami yang bermanfaat bagi tubuh. Ada Hirudin, yang menghambat penggumpalan darah dan banyak lagi lainnya”, ujar Midin menjelaskan efek pengobatan pada Terapi Lintah ini.

Selesai si bapak asal BSD itu, seorang warga Depok pun datang dengan keluhan berada di kepalanya dan Midin pun terampil meletakkan lintah-lintah hasil budidayanya ke titik-titik simpul yang berhubungan dengan penyakit yang dikeluhkan.

“Banyak sih, yang datang ke sini dengan keluhan stroke dan gangguan di kepala lainnya. Tapi terapi ini tidak hanya untuk itu ada banyak yang bisa dibantu penanganannya seperti diabetes, gangguan kelenjar getah bening, gangguan tiroid, kanker dan tumor, hipertensi, migren, asam urat, stroke, penyakit jantung koroner, wasir, gangguan reproduksi wanita dan banyak lainnya”, lanjut Midin.

Ternyata, Midin bukan pemain baru, dia sudah mulai bermain di bidang ini sejak 2007, saat itu dia masih bekerja sebagai seorang karyawan swasta di bilangan Limo, tidak jauh dari tempat tinggalnya.
“Setelah dua tahun saya menekuni bidang ini, akhirnya ngomong ke keluarga untuk fokus di sini, alhamdulilah mereka menerima dan 13 tahun saya bertahan dengan suka dukanya”.

Midin, bukan hanya kecemplung tapi dia fokus dan serius di profesi ini. Bukan hanya menerapi, tapi dia juga mengembangkan budidaya lintah. Namun bukan perkara mudah menurut Midin.

“Lintah bereproduksi dengan sistem hemaprodit dimana masing-masing  punya alat kelamin ganda. Namun, satu tahun hanya mampu bereproduksi 4 kali menghasilkan kokon (Koloni telur lintah). Tiap kokon hanya menghasilkan paling banyak 15 ekor bayi lintah dan yang bisa survive sampai besar hanya 60-80% saja”.

Ternyata, bukan perkara mudah buat terjun di bidang budidaya lintah ini hingga tidak banyak orang mau berkecimpung di lahan ini. Akhirnya Midin pun tumpuan harapan bagi para terapis-terapis lainnya.

“Selain dipakai sendiri, saya support buat temen-temen terapis lainnya. Makanya bapak liat kan ada tabung oksigen di pojok itu. Tiap ngirim bahkan hingga ke Papua cukup saya kirim tanah(pasir) basah cukup air dan dikasih oksigen, insya allah kuat koq buat lintah itu bertahan”.

Bahkan bukan hanya itu. Midin sejak 2012 telah direkrut dan mendapatkan pelatihan P2MKP sehingga dia pun berhak mengadakan pelatihan mandiri sejak tahun itu dan Enha Farm, enterprise yang dibangunnya untuk terapi lintah dan budidaya sudah mendapat sertifikat penetapan P2MKP kelas Madya.
“Namun, sekarang banyakan orang nanya lewat online aja, kan ada WA. Orang sekarang nyari nyang praktis-praktis aja aja dan murah”.

Wah nggak bisa dijadikan sandaran hidup donk, Bang Midin?

“Rejeki mah Allah yang ngatur, meski ga mewah saya bisa ngidupin keluarga dari lintah ini dan tawakal aja atas pemberian Allah. Apalagi di musim Covid ini orang banyak nyang susah, kita masih dikasih rejeki, kudunya mah bersyukur. Maen lintah nggak mulu soal duit, tapi nyari barokahnya”, ujar Midin menutup pembicaraan di Minggu sore kemarin.*

Laporan : Mirza Ichwanuddin

Share
Leave a comment