Membangun Kepemimpinan Diawali Amanah

TRANSINDONESIA.CO – Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil terlebih dahulu. Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tetapi juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik. Tidak sedikit pejabat yang terjatuh akibat istrinya tidak dibina dengan baik.

Oleh karena itu,didiklah keluarga, istri dan anak-anak kita. Jika tidak, kita bisa jatuh oleh istri, anak atau keluarga kita sendiri.

Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun 64 :14)

Lalu, apa saja yang harus kita lakukan dan kita jaga agar dapat menjadi seorang yang terpercaya di dalam rumah?

Pertama, jangan pernah berbohong dalam hal apapun, sekecil dan sesederhana apapun,
walau terhadap anak kecil atau dalam senda gurau. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta. Pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. Tentu saja, kita bukan berarti harus membeberkan aib diri atau aib orang lain yang telah ditutupi Allah.

Kedua, jaga lisan. Jangan pernah menambah-nambah, mendramatisasi berita dan informasi. Atau sebaliknya, meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Terkadang kita ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata kata atau cerita. Jangan lakukan! Hal semacam ini sama sekali tidak akan menolong kita. Sebab, kalau orang tahu informasi yang sebenarnya akan runtuh lah kepercayaan mereka kepada kita.

Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar. Jangan menjawab setiap pertanyaan apabila tidak memahami ilmunya. Orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan tanpa ilmu, kebodohannya sedikit demi sedikit akan terbuka. Yakinlah bahwa sok tahu tanpa ilmu adalah tanda kebodohan. Kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya. Kita lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.

Keempat, pandai-pandailah menjaga amanat. Jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya! Ingat, setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, obrolan itu menjadi amanah buat kita. Orang yang suka membocorkan rahasia akan sangat mudah jatuh harga dirinya. Kita seharusnya menjadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Tentu, yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi, kecuali ada pembeberan yang sah menurut syariat yang membawa kebaikan bagi semua pihak. Apabila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, jangan pernah mempercayai dia. Karena ketika berpisah dengan kita, dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.

Kelima, tepati janji. Jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan.

Berjuang lah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepatinya, walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang berat. Ingat! Semua pengorbanan menjadi kecil di bandingkan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’adzubilldh. Tidak ada artinya. Semua pengorbanan itu kecil di bandingkan dengan julukan “si pengingkar janji”.

(Sumber : Buku Asmaul Husna Jilid  Karya Aa Gym)

KH. Abdullah Gymnastiar

Share
Leave a comment