Sifat Dasar Manusia Adalah Kikir (Bakhil)

“Tadabur Al Quran (QS 70)QS Al Ma’aarij 19”

TRANSINDONESIA.CO – Pada dasarnya manusia itu punya sifat kikir atau bakhil. Dia tidak mudah untuk menafkahkan sebagian harta bendanya di jalan Allah, dalam Al-Qur’an disebutkan :

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (Q.S. 70 Al Ma’aarij 19)

وَكَانَ اْلإِنْسَانُ قَتُوْرًا
Dan adalah manusia itu sangat kikir. (Q.S. 17 Al Israa’ 100)

Ada sebagian manusia yang mau menafkahkan sebagian harta bendanya di jalan Allah, cuma dia memilih-milih barang yang dinafkahkan itu, dia akan memilih barang yang sudah tidak berguna atau barang yang dirasa paling kecil nilainya.

Sebagai ilustrasi, bila kita shalat Jum’at dan kebetulan di saku kita ada uang 100 ribu, 50 ribu, dan 20 ribu.

Maka hampir dipastikan yang kita masukkan ke kaleng (di infakkan) adalah yang 20 ribu, mengapa?
Karena uang 20 ribu itu dipandang paling sedikit nilainya dibanding dengan uang 50 ribu apalagi dengan 100 ribu.

Padahal Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ، وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. 3 Ali ‘Imran 92)

Syaikh Ibnu Katsir dalam kitabnya menegaskan :

روى وَكِيع في تفسيره عن شريك، عن أبي إسحاق، عن عمرو بن ميمون { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ } قال: البر الجنة
Waki’ di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Syarik, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan firman-Nya :  Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), yang dimaksud dengan Al-Birr adalah surga. (Kitab Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, Juz II, halaman 73).

Jadi kalau kita belum mampu menafkahkan sebagian harta benda yang kita cintai, berarti kita belum bisa mendapatkan surga dengan sempurna.

Mengapa sebagian besar manusia itu bakhil? karena mereka masih menggunakan hitung-hitungan secara matematis.

Misalnya punya uang 1 juta, lalu di infakkan 700 ribu, maka secara matematika uangnya tinggal 300 ribu. Padahal menurut hitungan Allah, uang itu  bisa jadi 7 juta karena 700 ribu dilipat gandakan 10 kali, bahkan bisa dilipat gandakan 100 kali sampai 700 kali, bahkan tak terhingga hitungannya.

Sebagian harta benda kita yang kita infakkan itu pasti diganti oleh Allah, dalam Al-Qur’an disebutkan:

وَمَا أَنْفَقْتُم مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Q.S. 34 Saba’ 39)

Bahkan sebagian harta benda kita yang kita nafkahkan di jalan Allah bisa bermanfaat bagi diri kita, diantaranya adalah untuk kesembuhan penyakit kita, dalam hadits disebutkan :

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَصِّنُوْا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ وَدَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ وَأَعِدُّوْا لِلْبَلاءِ الدُّعَاءَ.
Dari Abdullah ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Bersihkanlah hartamu dengan zakat , sembuhkanlah penyakitmu dengan shadaqah, dan persiapkanlah doa untuk (menolak) balak. (H. R. Thabrani no. 10044, dalam Mu’jam Al-Kabir)

Tafsir kemenag RI untuk Al-Ma’arij ayat 19 sbb:

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia memiliki sifat suka berkeluh kesah dan kikir. Namun, sifat ini dapat diubah jika menuruti petunjuk Tuhan yang dinyatakan-Nya dalam ayat 22 sampai 24 surah ini. Manusia yang tidak mempedulikan petunjuk Tuhan dan seruan rasul adalah orang yang sesat. Firman Allah:

وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf [12]: 103)

Manusia bisa sesat dari jalan Allah karena sifatnya yang tergesa-gesa, gelisah, dan kikir. Hal ini bukanlah ketentuan dari Allah terhadapnya, tetapi mereka menjadi mukmin atau menjadi kafir karena usaha dan pilihan mereka sendiri.

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (At-Tagabun [64]: 2)

Kepada manusia dibentangkan jalan lurus menuju keridaan Allah dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat seperti yang disampaikan Rasulullah, sebagaimana yang termuat dalam Al-Qur’an dan hadis. Di samping itu, terbentang pula jalan yang sesat, jalan yang dimurkai Allah dan menuju ke tempat yang penuh derita dan sengsara di akhirat. Manusia boleh memilih salah satu dari kedua jalan itu; jalan mana yang akan ditempuhnya, apakah jalan yang lurus atau jalan yang sesat. Kemudian mereka diberi balasan sesuai dengan pilihan mereka.

Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan

Generasi umat ini tidak akan menjadi baik, kecuali dengan apa-apa yang telah menjadikan baik generasi awalnya

Wallahu ‘Alam bishawwab

Penulis : Hartoyo [Mahasiswa – LSUQ/Lembaga Study Ulumul Quran Bandung]

Kutipan:
1. Al Qur’an Bayan
2. Tafsir Al Quran Kemenag RI
3. Sumber lainnya

Share