Kepemilikan Kapal Hanya 24,8%, Saatnya Pertamina Shipping Berbenah

TRANSINDONESIA.CO – Sejumlah tokoh dan para ahli berdiskusi di Hotel Grand Mercure Kemayoran, diskusi panel tersebut bertemakan “Peran Strategis Pertamina Shipping Dalam Menjaga Kelangsungan Bisnis Perusahaan” pada Jumat 20 September 2019.

Para nara sumber yang merupakan tokoh-tokoh pengamat nasional diantaranya Ugan Gandar pengamat Migas, pengamat ekonomi politik DR Ichsanudin Noorsy, pengamat energi dari IREES Marwan Batubara, pengamat geopolitik dan ekonomi Salamudin Daeng, mantan kepala Badan Intelejen Strategis Laksma (Purn) Soleman B Ponto.

Hadir pula Ketua Umum Ikatan Perwira Pelayaran Niaga Capt Dwiyono Soeyono dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanudin (UNHAS) Prof Djuajir Sumardi.

Hadir dari direksi PT Pertamina Direktur Manajemen Aset PT. Pertamina, M. Haryo Yunianto, Direktur Logistic, Supply Chain & Infrastruktur Gandhi Sri Widodo, Senior Vice Presiden Shipping (SVP. Shipping) PT. Pertamina Erry Widiastono dan sejumlah pejabat dan pekerja di lingkungan Pertamina Shipping.

19 Serikat Pekerja yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) hadir memenuhi jalannya diskusi.

“Serikat Pekerja dari Aceh sampai Papua hadir mengirimkan perwakilannya” Kata Arie Gumilar Presiden FSPBB dalam sambutannya.

Serikat Pekerja Forum Komunikasi Pekerja Dan Pelaut Aktif (SP FKPPA) menggelar acara diskusi panel dilanjutkan kegiatan kaderisasi dari Kamis 19 September 2019 sampai 22 September 2019 “Forum Diskusi Ini dibuat untuk menggali wawasan dari nara sumber tentang peran stratregis Pertamina Shipping dalam menjaga bisnis” Kata Nur Hermawan Ketua SP FKPPA.

Erry Widiastono dari SVP Pertamina Shipping menjelaskan bahwa saat ini Pertamina Shipping mengoperasikan 274 armada kapal, sedangkan yang dimiliki pertamina berjumlah 67 kapal.

“Kedepan kita mengupayakan rasio 50% kepemilikan armada kapal Pertamina, sehingga Pertamina mempunyai bergaining position. Tahun 2026 kita menargetkan kapal milik berjumlah 107 kapal” kata Erry.

Menurut Mantan Kepala Badan Intelejen Strategis Laksma (Purn) Soleman B Ponto, peran Pertamina Shipping sangat strategis. Sesuai Undang-Undang no.17 tahun 2008 yang mengatur kapal, pelabuhan, keselamatan dan polusi.

“Sudahkah memiliki coast guide, kita hanya punya BAKAMLA. Sabotase paling gampang adalah melalui perkapalan” kata Soleman. “Intinya UU no.17 harus dilaksanakan Pertamina Shipping, apakah struktur organisasi Pertamina mendukung” jelas Soleman.

Pengamat Politik Ekonomi, Ichsanudin Noorsy berpendapat bahwa properti bangsa itu tergantung pada penguasaan tanah, laut dan dirgantaranya. Ichsanudin Noorsy bercerita sering mengkritik manajemen Pertamina karena ingin Pertamina maju.

“Dari 274 kapal yang dioperasikan hanya 64 kapal artinya hanya 24,8 % kepemilikannya, ini kecil sekali, Pertamina harus berbenah” Kata Noorsy “Bicara masalah ketersediaan tanki saja pertamina terseok-seok, masih kalah dengan tetangga sebelah apalagi ketersediaan kapal” ucap Noorsy.

“Jangan hanya jumlahnya yang diperhatikan tapi kebutuhan muatan berapa yang diperlukan” lanjut Noorsy

Pengamat Energi, IREES Marwan Batubara mengajak publik, akademi dan parlemen untuk sadar masalah kedaulatan energi ini. Kalau diperhatikan perkambangan Pertamina Perkapalan ini stagnan.

”Setelah 5 tahun tidak ada perubahan yang berarti , ini menjadi masalah “ kata Marwan.

Harus ada uji publik ke akademisi ITS, ITB dan UI . Kalau perlu ke parlemen. Kita buat visi dan kajian strategisnya, agar jelas anggarannya. “Kartel tentunya harus dilawan agar tidak mengusik bisnis pertamina” lanjut Marwan

Sedangkan pengamat geopolitik dan ekonomi, Salamudin Daeng memperhatikan geopolitik dunia, industri shipping banyak yang bangkrut.

“3,5 milyar dollar kerugian dibidang perkapalan dunia” Kata Salamudin. Neraca kebutuhan kita ada defisit jasa 7 milyar dollar, sebagian besar karena transportasi. “450 triliun sebagai keuntungan jasa asing. Pasar kita cukup besar tapi defisit” Jelas Salamudin

Sekjen APBBMI, Sofiyanto Zakaria mempertanyakan keseriusan manajemen PT.Pertamina.Sofianto bertanya “Adakah perhatian lebih kepada pertamina shipping”.

“Sejak dulu pertamina membesarkan para taipan kapal. Jangan sampai bisnis kecil-kecilan yang diurus, sampai membuat anak perusahaan untuk mengurus bisnis kecil-kecilan” ucap Sofiyanto disambut tepuk tangan para hadirin

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanudin (UNHAS) Prof Djuajir Sumardi mengutip kata-kata Presiden Republik Indonesia pertama Ir Soekarno “Gerak adalah sumber kehidupan, gerak memerlukan energi, siapa yang menguasai energi maka dia adalah pemenang” Kata Djuajir.

“Peran strategisnya adalah menjaga ketersediaan energi, bukan melulu masalah bisnis. Kalau tidak optimal maka energi tidak sampai ke pelosok negeri. PT Pertamina harus memilirkan forecasting kedepan. Hukum sebagai teknologi, dasarnya adalah konstitsi,” Jelas Djuajir.

Ketua Umum Ikatan Perwira Pelayaran Niaga Capt Dwiyono Soeyono mengungkapkan keminderan sebagi warga negara Indonesia,.

“Malaysia punya Petronas, Petronas mampu membangun Twin tower dan memiliki Universitas, padahal dahulu Petronas yang berguru kepada Pertamina” Dwiyono percaya bahwa Pertamina Shipping memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul karena dahulu instasi lain banyak yang belajar dari Pertamina, tinggal Pertamina mau apa tidak mengembalikan kejayaan itu. “Lakukan analisa kajian akademik, perhatikan bisnis maritim dan karir pelaut adalah asset” Kata Dwiyono

Pengamat Migas, Ugan Gandar mengajak semua bersikap realistis dan terbuka. Pertamina bekerja karena penugasan bukan semata-mata mencari untung. Menurut Ugan yang dibutuhkan pertamina adalah direktorat perkapalan bukan direktorat gas. “Acara ini bukan basa basi tapi harus ada tindak lanjutnya” kata Ugan

Direktur Logistic, Supply Chain & Infrastruktur Gandhi Sri Widodo menyambut baik masukan dari para tokoh dan pengamat “Diskusi hari ini membuat pola pikir kita lebih terbuka dan dapat dijadikan guidence atau pedoman” kata Gandhi. [RIS]

Share
Leave a comment