Mantan Anak-anak

TRANSINDONESIA.CO – Tak usah bentuk tim auditor untuk mengakui sahihnya hak-hak anak. Tak perlu menunggu malam menjadi warna mencekam dan anyir bau kemenyan. Kita makhluk yang paling mengerti kepada watak anak-anak.

Pun kita –termasuk anda FB-ers– pemilik watak asli yang peduli betapa pentingnya perlindungan anak. Karena kita ditakdirkan pernah menjadi anak-anak. Alias semua kita mantan anak-anak. Berproses. Evolusi kapasitas. Usia emas tak bisa diganti dan ditunda. Tak ada yang tiba-tiba menjadi dewasa dan pandai mendandani kata-kata.

Melindungi anak adalah menjaga kita dan peradaban kita. Apabila yang sebaliknya, itu adalah kelainan, kalau bukan kebodohan tak berbatas. Konstitusi kita sudah benar dengan Pasal 28B ayat 2 UUD 1945. Saya menyebutnya Konstitusi Hak Anak.

Itu seponggol alasan mengapa perlindungan anak itu hak yang universal. Bahkan diakui rezim negeri di awan. Beyond universe.

Buku terbitan Citra Aditya Bakti, 1994, ini hasil kolaborasi hati. Yang bersejarah dan indah. Tatkala menulis buku ini saya mengharapkan pencerahan tak terbatas perihal anak. Tabah berdedikasi pada perlindungan anak. Terpantik cerdasnya pengalaman batin Hajar kepada (bayi) Ismail. Teladan lari-lari kecil bukit safa-warwa dan terbit zam-zam.

Two things are infinite: the universe and human stupidity; and I’m not sure about the universe.” (Albert Einstein).

A book, too, can be a star, a living fire to lighten the darkness, leading out into the expanding universe. (Madeleine L’Engle).

Saya hendak ganti diksi “book” menjadi “child”, dengan meminjam kutipan Madeleine L’Enge. Begitu dahsyat anak sang putra putri kehidupan.[Muhammad Joni]

Share
Leave a comment