Koalisi Indonesia Muda Serukan Siaga Krisis Ekonomi

TRANSINDONESIA.CO, JAKARTA – Deklarator Koalisi Indonesia Muda Anggawira mengingatkan agar siaga krisis ekonomi setelah pekan lalu nilai tukar rupiah mencapai angka tertinggi sebesar Rp 14.205 per dolar AS.

Hal ini ia sampaikan pada acara Koalisi Indonesia Muda Talks bertajuk “Runtuhnya Rupiah Era Jokowi”, Kamis (31/5/2018), di Jakarta. Dan pada hari acara itu dilaksanakan pun nilai tukar rupiah masih bertengger di angka Rp. 13.896 per dolar AS.

“Saatnya kita waspada, ini pertanda kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan. Pemerintah jangan hanya berdalih karena faktor eksternal. Kita harus legowo mengoreksi diri dan siaga menghadapi segala kemungkinan,” kata Anggawira yang juga politisi muda Gerindra itu.

Koalisi Indonesia Muda Talks bertajuk “Runtuhnya Rupiah Era Jokowi”, di Jakarta, Kamis (31/5/2018).

Ia mengatakan pula negara harus menyiapkan langkah penyelematan bagi masyarakat yang rentan terkena imbas krisis ekonomi.

“Situasi tinggal menunggu inflasi, dimana pemerintah gencar melakukan impor pangan. Katup pengaman harus disiapkan bagi masyarakat ekonomi lemah. Jangan sampai terjadi lagi malapetaka 98,” tandas Anggawira.

Lebih lanjut, Anggawira mengatakan sejak reformasi 1998 fundamental ekonomi Indonesia tidak pernah kokoh. Rezim-rezim yang berkuasa sejak reformasi 1998 itu, menurutnya, tidak pernah menyentuh akar masalah ekonomi Indonesia.

“Belum ada perubahan selama 20 tahun ini. Kita masih tetap tergantung bangsa lain. Watak inlander bangsa kita belum juga hilang, memandang bangsa lain bagaikan tuan yang harus diikuti,” kata Anggawira

“Saatnya berganti haluan kembali ke Undang-Undang Dasar 45. Koalisi Indonesia Muda siap membangun perekonomian berdasarkan konstitusi kita. Kita kembangkan di tiap daerah ekonomi bersumber budaya lokal,” lanjutnya.

Ia pun tidak menampik lemahnya nilai rupiah terhadap dolar karena kebijakan Bank Sentral AS (FED) seperti yang diklaim pemerintah. Akibat kebijakan FED itu, dana likuiditas yang sebelumnya banjir ke negara berkembang ditarik kembali ke AS sehingga dolar AS menguat.

“Perang dagang AS dengan Cina dan Uni Eropa tengah berlangsung. Dan entah sampai kapan berakhir,” imbuh Anggawira.[REL]

Share
Leave a comment