Sumpah Pemuda: Revitalisasi Patriotisme dan Karakter Siswa

TRANSINDONESIA.CO – Memperingati Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2016 kemarin, SMA Negeri 1 Jakarta menyelenggarakan Diskusi bertajuk Penguatan Pendidikan Karakter, Nasionalisme dan Patriotisme di SMA Negeri 1 Jakarta yang dihadiri selain oleh para guru dan siswa SMA Negeri 1 Jakarta juga perwakilan guru-guru SMAN 4, 10,20, 25 dan Muhammadiyah 2 Jakarta Pusat.

Dibuka dengan sedikit pembekalan dari pejabat Suku Dinas Pendidikan Jakarta Pusat  Waluyo Hadi kemudian diisi dengan dua orang penceramah, Letkol TNI Kusuma SP dari Pusjarah TNI dan Dr Danny Indrianto, seorang Dosen Ekonomi. Keduanya merupakan alumni SMAN 1 Jakarta.

Letkol Kusuma mengambil sesi pertama diskusi ini. Dia membuka sesi diskusi ini dengan membeberkan betapa lemahnya kesadaran sejarah negeri ini khususnya di kalangan generasi muda. Suatu ketika dia bertanya pada putra bungsunya, kenalkah dia pada Jendral Ahmad Yani dan dijawab tidak, sang putra lebih mengenal Captain America tokoh hero yang kerap dia tonton di televisi.

Para pendidik SMAN 1 Jakarta.[MIC]
Para pendidik SMAN 1 Jakarta.[MIC]
Bicara sejarah, Kusuma teringat pada filosofi yang ada di film Kung Fu Panda, Masa Depan adalah Misteri, Masa Lalu ada Histori dan Masa Kini adalah Present (Hadiah).

Orang yang memiliki kesadaran sejarah akan senantiasa mengingat peristiwa masa lalu yang mampu jadi pelajaran di masa kini. Kesadaran sejarah itu akan menyadarkan kita  bahwa Keputusan yang kita buat saat ini akan berdampak di masa depan. Maka fikirkanlah setiap keputusan yang kita ambil saat ini agar tidak berdampak buruk di masa depan. Gambaran-gambaran tentang masa depan berdampak pada putusan-putusan yang kita ambil saat ini.

“Salah satu implikasinya adalah ketika guru salah memberi nilai pada siswa yang sebenarnya layak memeroleh nilai yang jauh lebih baik akan berdampak pada masa depan siswa itu sendiri. Demikian halnya sebaliknya jika guru terlalu mudah mengatrol nilai peserta didik agar diperoleh kebanggaan atas nama sekolah yang pada gilirannya justru akan jadi bumerang bagi siswa itu sendiri”.

Bicara tentang Kekuasaan, adakah hubungan historikal sejak jaman Singosari hingga kini? Tentu saja ada dan bisa ditarik benang merahnya. Ken Arok mendirikan Singosari pada tahun 1222 raja terakhirnya Kertanegara pada abad 15.  Kertanegara melahirkan Majapahit lewat menantunya Raden Wijaya, Hayam Wuruk menjadi raja yang sangat terkenal hingga Brawijaya ke V melahirkan anak Jin Bun (Raden Patah) dari selir yang berasal negeri China. Jin Bun lahir di Palembang dalam masa pengasingan di wilayah Adipati Palembang, Arya Damar dan Jin Bun pun beragama Islam. Setelah dewasa, anak Brawijaya V itu ke Jawa dan berperang dengan ayahnya sendiri  dan Brawijaya V itu takluk dan berdirilah kerajaan Demak.  Demak pun pada akhirnya pecah,  kalangan ulama mengasingkan diri ke Jawa Timur dan kalangan aristokrat lari ke Jawa Tengah dan inilah awal munculnya Mataram Islam. Hingga tidak heran kemudian, Gusdur mengaku masih keturunan Raden Patah dan fakta itu sah bila dilihat dari silsilahnya.

Teori Kekuasaan menurut Ben Anderson memerlukan Legitimasi Politik. Dalam konsep Kekuasaan Jawa, seseorang yang tidak memiliki Legitimasi Politik apakah itu lewat genetik/darah maupun pada karya besarnya akan tidak dianggap oleh masyarakatnya sendiri. Oleh karenanya, Bung Karno membanggakan diri sebagai keturunan Wali Songo, Soeharto lewat karya monumentalnya ‘Serangan Umum 1 Maret’ 1949, Gus Dur dengan label darah birunya dari Raden Patah, Habibie lewat ibunya yang masih keturunan Panembahan Senopati, Mega yang sudah jelas asal keturunannya, demikian halnya dengan SBY yang masih memiliki garis keturunan darah birunya.

Bahkan Yusuf Kala pun memeroleh Legitimasi Politiknya karena menjadi orang pertama yang minta dibubarkannya PKI saat jadi aktivitis kemahasiswaan Islam di Makasar, Sulawesi Selatan. Prabowo? Dialah orang Indonesia yang memerintahkan bangsanya lewat Kopassus untuk menaklukkan puncak Mt Everest meski dia juga memiliki trah darah biru juga.

Kesadaran sejarah menggiring kita untuk berbuat sesuatu jangan hanya diam. Guru punya peran penting di sini. Selain orang tua, maka gurulah yang kemudian menjadi wakil orang yang kemudian mendidik seorang murid hingga jadi ‘orang’ kelak. Dengan prosesi ‘penitipan’ seorang anak pada gurunya di setiap awal tahun ajaran baru merupakan sebuah legitimasi peran guru dalam sejarah kehidupan seorang siswa. Guru dan orang tua siswa harus punya kontrak sosial hingga guru benar-benar mendidik para anak didiknya dengan baik, melawan guru sudah merupakan tindakan tercela.

Danny Indrianto mengisi pada sesi kedua dengan pendekatan, Nasionalisme dan Patriotisme dihadapkan pada lingkungan strategis yang berkembang saat ini.

Membangun semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan pelajar serta membentuk sekolah yang berkarakter dan berbudaya ilmiah tetap mengedepankan sebagai Pancasila sebagai landasan ideologi, UUD 45 dan peraturan turunnya sebagai landasan konstitusionalnya, wawasan nasional sebagai landasan visionalnya serta ketahanan nasional sebagai landasan konsepsionalnya. Mewujudkan sekolah berkarakter dan berbudaya ilmiah dapat digunakan model Kemendiknas. Budaya Sekolah ( budaya akademik, budaya demokratis, budaya sosial).

Dengan model ini dapat dilakukan penelitian konsidi terkini  SMAN 1 saat ini. Bagaimana budaya sekolah SMAN 1 saat ini? Budaya sekolah seperti apa yang akan diwujudkan di masa depan? Intervensi apa yang harus dilakukan untuk mencapai yang diharapkan?

“Guru bisa menjadi pendorong budaya karakter dan ilmiah di sekolah dengan rajin menulis dan diterbitkan menjadi buku. Nah satu guru satu buku apalagi tiap tahun keluarnya sudah pasti akan mendongkrak budaya karakter dan  ilmiah di sekolah itu”, demikian Danny Indrianto menambahkan kiatnya. Apalagi, Danny siap memfasilitasi menjadikan  karya tulis para guru tersebut menjadi satu mock-up dalam bentuk buku jadi.

Kedua pembicara itu pun sepakat, Kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti Museum akan mampu menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan pelajar. “Museum yang dikelola Pemerintah dan TNI saat ini boleh dibilang terjangkau tiket masuknya bahkan TNI mendorong sepenuhnya agar para siswa punya kegemaran masuk museum. Karena di sana, catatan perjalanan masa lalu kita terdokumentasi dengan baik”.[MIC]

Share
Leave a comment