Sarapan Puisi

TRANSINDONESIA.CO – Apa sarapan anda pagi kemarin? Pertanyaan model apa itu! Insan manusia makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Tak hanya jasat tubuh namun mencakup jiwa dan ruhani.

Yang diberi asupan gizi tak hanya tubuh. Melalui mulut kepada perut. Bukankah insan mulia itu tak hanya berurusan dengan mulut, perut dan di bawah perut!

Johann Wolfgang von Goethe, sastrawan, humanis dan filsuf asal Jerman, menginspirasiku sarapan alunan musik dan sebait puisi setiap hari. Tak hanya dari perkakas buatan pemoles molek suara, pun dari suara buatan alam tak terkecuali.

Gelar jalan kaki sehat alumni USU (Universitas Sumatera Utara) berpartisipasi kampanye tolak politik uang di Bawaslu.[Mhj]
Gelar jalan kaki sehat alumni USU (Universitas Sumatera Utara) berpartisipasi kampanye tolak politik uang di Bawaslu.[Mhj]
Dari bangku mungil persis di bibir pantai pada bagian pangkal Kute, Bali, solmosasi alam berkolaborasi menjadi musik pagi. Menjadi secarik puisi. Kolaborasi elok yang memantikkan api semangat muda.

Patik (pengganti kata aku yang lebih santun, bahasa Melayu) sontak bertindak ligat menyutradarai sketsa mental, yang dengan bantuan perkakas Samsung J7 dan sedikit keterampilan mencari sudut bidik, maka jadilah sekawanan gambar bertitel “keKuta kumBali berpuisi”. Ya… puisi.

Kalau diibaratkan kalimat dan bahasa, Kute adalah puisi. Berikut ini laporannya:

“Tekukur suara merpati, gedebar gedebur ombak abadi dari pinggir lautan Hindi,  riuh motor babat dan mixer pembuat kopi menimpali.

Sesekali sesayup aksen Bali ibu-ibu pedagang souvenir dan  bincang ringan pasangan muda berbahasa Mandarin menyergap telinga kanan dan kiri.

Desir angin di sela pelepah kelapa membisikkan ajaran kesejukan. Alunan riuh ombak dan riak kepada pantai mengajarkan kesetiaan yang berhenti tidak.

Sehampar pasir putih tanpa suara begitu tabah membiarkan miliaran butir perkumpulannya  ditapaki. Kepak sayap rama-rama  dan burung pipit lincah puaskan syahwat melayang di langit,  tanpa swara jerit.

Aha…., pun demikian deru mesin pesawat di landasan pacu bandar udara internasional I Gusti Ngurah Rai nun tampak sana,  masih terdengar dari sini”.[Muhammad Joni]

Share
Leave a comment