Penyakit Udang di Tiongkok Picu Peningkatan Ekspor Udang Sumut

udang medan

 

TRANSINDONESIA.CO – Belum bebasnya perairan Tiongkok dan Vietnam dari penyakit atau virus yang menimpa udang memberi keuntungan bagi Sumatera Utara untuk mengekspor udang ke negara buyer lebih banyak lagi. Kondisi ini membuat ekspor hasil laut udang di Maret 2014 naik 164,5 persen menjadi USD83,034 juta.

Lonjakan permintaan udang berasal dari negara Amerika, Malaysia, Italia dan Vietnam yang mencapai 6,716 juta ton atau senilai USD83,034 juta. Sementara, periode yang sama tahun lalu hanya mencapai 3,667 juta ton atau senilai USD31,384 juta.

“Realisasi ekspor Sumut mengalami tren penurunan. Namun, ada beberapa komoditi yang mengalami perbaikan kinerja atau mengalami kenaikan pertumbuhan yakni hasil laut udang,” kata Kasi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Disperindag Sumut Fitra Kurnia, di Medan, Senin (21/4/2014).

Kenaikan nilai ekspor udang ini, kata dia, dikarenakan negara produsen Tiongkok dan Vietnam masih mengalami hambatan. Jadi banyak negara pembeli yang mengalihkan pembeliannya ke Indonesia termasuk produksi Sumut.

“Dan harapan kita, semoga Sumut yang menjadi eksportir udang tidak terkena hambatan teknis dan non teksis seperti yang terjadi di negara China dan Vietnam. Sehingga realisasi ekspor kita masih dalam kondisi baik. Harga udang di awal tahun 2014 sekitar USD9,5 sampai USD 10 per kg dan untuk harga lokal udang, Rp85 ribu per kg sampai 90 ribu per kg,” ujarnya.

Selain hasil laut udang, berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, hasil laut lainnya seperti labi-labi naik 150,11 persen menjadi USD31 juta dengan volume 8 juta ton. Di mana pada Maret 2013, nilai ekspor labi-labi mencapai USD12 juta dengan volume 3 juta ton.

Sementara itu, menurut Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, peningkatan kinerja ekspor udang Sumut memang merupakan kinerja yang cukup fantastis. Namun, ini bukan suatu pegangan bagi Sumut bahwa udang yang dihasilkan oleh Sumut memiliki daya saing yang lebih baik.

“Saya menilai, kondisi ini bisa berubah kapan saja terlebih bila kondisi industri udang yang ada di Tiongkok dan Vietnam mengalami pemulihan. Dalam jangka panjang, permintaan Udang terus mengalami peningkatan. Konsumsi udang masyarakat dunia terus mengalami peningkatan dan Jepang, Amerika Serikat, maupun Tiongkok tetap berpeluang menjadi negara konsumen udang yang paling besar di dunia,” katanya.

Kedepan, sebutnya, dari dalam negeri permintaan udang juga akan mengalami tren kenaikan, kebutuhan untuk udang di Indonesia sendiri akan naik seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan tersebut maka akan meningkatkan konsumsi makanan yang lebih berkualitas.

“Kita membutuhkan peningkatan dari sisi supply agar permintaan udang yang besar nantinya tidak akan mengakibatkan kebutuhan dalam negeri justru mengalami kekurangan. Namun ekspor Sumut yang berkembang akhir-akhir ini bukan menjadi tolak ukur bahwa tren tersebut akan dipertahankan dalam jangka panjang,” ungkapnya.(dhona/surya)

 

Share
Leave a comment