BI Targetkan Pertumbuhan Ekonomi sampai 6,2 Persen

Bank IndonesiaBank Indonesia.(istimewa)

 

 

TRANSINDONESIA.co, Bandung : Tahun 2014 ini, pertumbuhan ekonomi ditargetkan berada di kisaran 5,8-6,2 persen sementara inflasi 4,5 persen kurang lebih 1 persen. Bank Indonesia (BI) terus memperdalam pasar keuangan dengan membentuk task force (gugus tugas) khusus yang bertugas untuk memperdalam pasar keuangan untuk tahun 2014 ini.

“Kita akan serius untuk memperdalam pasar keuangan. Kita di BI sudah bentuk task force khusus untuk itu,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi dan Moneter bertajuk “Penguatan Tugas Bank Indonesia di Bidang Moneter Pasca OJK” di Hotel Papandayan, Bandung, Sabtu (22/2/2014).

Gugus tugas tersebut, disampaikan Juda, tetap akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai otoritas yang bertugas juga mengawasi perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia.

Dijelaskan Juda, BI akan tetap fokus untuk menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.

Arah kebijakan BI pada 2014 ini, menurut Juda, dapat dibagi dalam tiga bagian yakni di bidang moneter, makroprudential dan sistem pembayaran. Di bidang moneter, kebijakan tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sehat.

“Ini akan dilakukan melalui kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya,” terang Juda.

Sementara di di bidang makroprudential, kebijakan diarahkan untuk memitigasi resiko sistemik di sektor kuangan serta pengendalian kredit dan likuiditas agar sejalan dengan pengeloolan stabilitas makro prudential.

“Di bidang sistem pembayaran, kebijakan diarahkan untuk pengembangan industri sistem pembayaran domestik yang lebih efisien,” imbuhnya.

Juda menegaskan, tahun 2014 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Sejumlah tantangan eskternal dan internal akan dihadapi tahun ini.

Dari eksternal, paling tidak ada tiga resiko yang menghadang. Pertama adalah normalisasi kebijakan The Fed. Kedua, perlambatan ekonomi dan resiko SSK Tiongkok dan ketiga, dampak Contagion di negara berkembang.

“Jadi risiko eksternal sebenarnya cenderung menurun seiring dengan menurunnya deficit transaksi berjalan dan meningkatnya cadangan devisa,” ujarnya.(sp/din)

 

 

Share
Leave a comment