Menunggu Aksi SBY di Kelud

SBY KeludIlustrasi (Istimewa)

 

 

TRANSINDONESIA.co, Jakarta : Erupsi Gunung Kelud pada Kamis 13 Februari malam, membuat puluhan ribu orang mengungsi. Tidak seperti erupsi Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, hanya tiga hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meninggalkan Jakarta menuju lokasi pengungsian di Kediri, Jawa Timur.

SBY bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono naik Kereta Api Luar Biasa dari Stasiun Gambir, Jakarta.

“Dengan kereta api dari Stasiun Gambir, pagi ini Presiden SBY dan Ibu Ani berangkat menuju Madiun untuk mengunjungi para pengungsi erupsi Gunung Kelud,” tulis @SBYudhoyono, Minggu (16/2/2014).

SBY telah menyatakan rencananya mengunjungi Gunung Kelud. “Saya berencana berkunjung ke lokasi bencana. Namun sekarang, konsentrasi saya, BNPB, Pemda Jatim, TNI dan Polri untuk tanggap darurat dulu,” tulis SBY di akun twitter-nya, Jumat 14 Februari lalu.

Dikutip dari presidenri.go.id, Presiden SBY dan Ibu Ani diperkirakan tiba di Stasiun Madiun pukul 19.00 WIB. SBY dan rombongan akan menginap semalam di Madiun, setelah itu akan ke Kediri menggunakan dengan jalan darat pada esok harinya.

Di Kabupaten Kediri, SBY diagendakan mengunjungi posko satuan pelaksana penanggulangan bencana di Kawasan Simpang Lima Gumul. Selain itu, SBY juga akan meninjau posko pengungsi Balai Pamitran, Desa Segaran, Kecamatan Wates.

SBY juga dijadwalkan mengunjungi pengungsi korban erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Blitar, masih di Jawa Timur.

Kereta Api Luar Biasa yang mengangkut rombongan SBY berhenti sejenak di Stasiun Solo Balapan, Solo. SBY dan Ani Yudhoyono menyapa dan menyalami para calon penumpang yang tengah menunggu di stasiun tersebut. 10 menit kemudian, kereta melanjutkan perjalanan ke Madiun.

“Masyarakatnya juga bekerja sama dengan baik, sehingga dampak abu vulkanik Gunung Kelud diharapkan tidak sampai mengganggu kesehatan. Saya berharap setelah bersih kondisi kembali normal,” ujar SBY kepada para jurnalis di KA.

SBY juga memantau selama perjalanan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga tiba di Solo, bahwa semuanya telah bekerja membersihkan abu vulkanik. “Keadaan di Kota Solo lebih baik dibanding di wilayah Yogyakarta. Karena, di Yogyakarta hujan belum turun,” tuturnya.

Ia merasa gembira karena di Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Malang yang terkena dampak langsung, pemerintah daerah masing-masing sudah mengantisipasi. Sehingga, erupsi Gunung Kelud tidak menimbulkan korban jiwa.

“Ada tiga korban yang meninggal itu pun bukan terkena dampak langsung. Hal ini contoh yang baik, pemerintah daerah bekerja cekatan, dan masyarakat kerja samanya baik yang dapat mencegah banyak hal. Terutama tidak adanya korban jiwa akibat bencana itu,” kata SBY.

Tapi, persoalan baru saja mulai. Ratusan pengungsi korban letusan Gunung Kelud dari Kecamatan Ngantang dan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang menempati lokasi pengungsian di Kota Batu, diserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Koordinator kesehatan pengungsi dr Santoso Budiarjo mengatakan, selama 3 hari pascaerupsi Kelud, ratusan pengungsi telah berobat ke posko kesehatan. Mereka umumnya menderita ISPA.

“Penyebab ISPA yang diderita para pengungsi ini rata-rata akibat pengaruh abu vulkanik Gunung Kelud. Sampai sejauh ini kondisi penderita ISPA masih cukup bagus karena langsung mendapatkan perawatan, sehingga tidak perlu dirujuk ke rumah sakit,” ujar Santoso di GOR Ganesha Kota Batu, Malang, Jawa Timur, Minggu (16/2/2014).

Lebih jauh, pengungsi terdampak letusan Gunung Kelud mengeluhkan gangguan pada kerongkongan dan sesak nafas. Mereka pun menginginkan pemeriksaan paru-paru.

“Pemeriksaan tekanan darah dan mata sudah dilakukan, tapi untuk paru-paru belum diperiksa,” kata Sudarsono, warga Desa Mulyorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, saat ditemui di lokasi pengungsian di GOR Ganesha Kota Batu, Jawa Timur, Minggu (16/2/2014).

SBY niscaya juga akan memberi perhatian pada warga yang rumahnya hancur. Misalnya, sekitar 300 rumah di Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur rusak akibat erupsi Gunung Kelud.

“Dari data yang kami pegang, 300 rumah rusak dengan rata-rata kerusakan pada bagian atap. Data kerusakan itu masih bisa terus bertambah. Sementara untuk korban jiwa, yang kami terima 4 orang meninggal dunia,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjend Andhika Perkasa di Malang, Jawa Timur, Minggu (16/2/2014).

Menurut Andika, dari sisi korban jiwa, erupsi Gunung Sinabung memang lebih banyak menelan korban jiwa dibanding Gunung Kelud. Namun dampak di sekitar Gunung Kelud lebih luas atau lebih banyak.

Dikutip dari Liputan6.com, kita tunggu langkah-langkah konkret membantu korban Kelud menyusul kunjungan SBY ini. (lp6/yan)

 

Share
Leave a comment