“Eliot Ness” Polda Metro Jaya Jadi Staf Khusus Presiden

TRANSINDONESIA.CO – Lebih dari 30 tahun berkiprah sebagai anggota Polri tak membuat Komjen Pol (Purn) Gories Mere, berhenti menjalankan aktifitas di masyarakat untuk mengisi masa pensiun.

Gories tetap energik dan terus berkarya di bidang-bidang kemasyarakatan. Mungkin karena melihat kiprahnya yang tanpa henti berkarya, Presiden Joko Widodo menunjuk mantan Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN) ini menjadi salah satu Staf Khusus Kepresidenan.

Gories Mere ditetapkan bersama staf khusus lainnya Diaz Hendropriyono. Dengan  pengangkatan Gories dan Diaz, Staf Khusus Presiden Jokowi kini berjumlah 6 orang.

Komjen Pol (Purn) Gories Mere.[Dok]
Komjen Pol (Purn) Gories Mere.[Dok]
Pengalaman dan keberhasilan yang pernah dicapai Gories Mere selama masih di Polri memang tidak perlu diragukan lagi. Bahkan, sewaktu masih berpangkat Letkol Pol (kini AKBP) Gories pernah dijuluki “Eliot Ness” dari Polda Metro Jaya, karena berhasil mengungkap kasus pembunuhan berantai di Los Angeles,Amerika Serikat, yang melibatkan seorang WNI yang bernama Oki.

Kepiawaian Gories terbukti dalam mengungkap kasus ini. Dimana Gorries harus meminta bantuan polisi Los Angeles, tempat Oki dituduh membunuh tiga korbannya (salah satu bekas pacarnya).

Padahal untuk meminta bantuan kepolisian di negara Paman Sam itu tidaklah mudah. Berkat kemampuan lobi dan penguasaan bahasa Inggris yang mumpuni polisi-polisi Amerika ini terkesan, sehingga ikut membantu penyidikan sampai ke Indonesia. Jadi pengungkapan kasus Oki  salah satu kerjasama Polri dengan FBI (Federal Bureau of Investigation) yang sukses.

Gories memang termasuk komandan Reskrim yang setiap menyidik kasus telah menerapkan scientific investigation, sehingga kasus-kasus rumit sekalipun sering berhasil diungkapnya.

Salah satu kasus yang menonjol mengungkap pembunuhan pengusaha studio rekaman Irama Tara Nyo Beng Seng, yang diotaki tersangka Hong Lie (sampai kini buron). Dua pelaku pembunuhan ini berhasil disergap Gories dan anak buahnya setelah turun dari pesawat di Bandara Soetta, sekembali dari Singapura.

Setelah menjabat Sesdit Reserse Polda Metro Jaya, Gories diberi tugas mengejar “Ratu Ekstasi” Zarima. Lagi-lagi tim yang dipimpin Gories berhasil menangkap Zarima di AS dan membawanya ke Indonesia.

Setelah itu Gories berhasil mengungkap sejumlah kejahatan jalanan (Street Crime) di wilayah hukum Polda Metro Jaya yang marak tahun akhir 90-an.

Berkat inilah julukan “Eliot Ness” dari Polda Metro Jaya terus melekat di pundak Gories Mere. Eliot Ness, adalah seorang detektif dari Departemen Keuangan AS di Chicago, yang terkenal membasmi kejahatan-kejahatan money laundring, pajak dan perdagangan minuman keras ilegal yang melibatkan jaringan-jaringan mafia.

Eliot Ness yang berhasil menangkap bandit kelas kakap yang memimpin Jaringan Mafia di Chicago yang bernama Al Capone. Al Capone yang dijuluki “the untouchable” (tidak tersentuh) tak berkutik ditangan Eliot Ness. Gories Mere dengan segala keberhasilannya, akhirnya mendapat promosi sebagai Kadit Serse Polda Jawa Barat dengan pangkat Kolonel (Kombes).

Hanya beberapa bulan menjabat Kadit Serse di Polda Jabar, Gories kemudian dipercaya memimpin Direktorat Reserse Polda Metro Jaya.

Sewaktu menjabat Kadit Serse Polda Metro Jaya, Gories Mere berhasil mengungkap kasus- kasus kejahatan narkoba yang melibatkan orang-orang kulit hitam yang menjadi kurir narkoba jenis heroin. Tak sedikit dari kurir-kurir ini berhasil ditangkap bahkan ditembak mati karena berusaha kabur dan melawan anggota polisi.

Selama 2 tahun (96-98) lebih memimpin Ditreskrim Polda Metro Jaya, Gories kemudian dipindahkan ke Akpol Semarang. Kemudian dia dipromosikan sebagai Wakapolda NTT.

Tak berapa lama Gories mendapat jabatan Direktur Narkoba di Bareskrim Polri dengan pangkat Brigadir Jenderal.

Kemudian dia mempimpin Detasemen Khusus 88 Polri yang berhasil mengungkap kasus Bom Bali I dan jaringan teroris lainnya. Gories kemudian dipromosikan sebagai Waka Bareskrim Polri dengan pangkat bintang dua. Dari situ dia kemudian diangkap sebagai Kalakhar BNN sampai menjadi Kepala BNN.

Gories Mere lulus SMA tahun 1972 dan masuk Akpol dan lulus Akpol (1976), PTIK (1986), kemudian anak mendiang Blasius Mere, mengikuti Sespimpol pada 1992. Ilmu Kepolisian Inggris ia serap melalui pendidikan Combat Intelligence and Counter-Disaster Course di Royal Military College of Science, Swindon. Dia pernah mengikuti Operasi Seroja I di Timor Timur (1977), Operasi Seroja II (1986), Operasi Garuda X UNTAC di Namibia, Afrika Barat (1989), serta Operasi Kontingen Garuda XII di Kamboja (1992).

Dengan segudang pengalaman yang dimiliki mudah-mudahkan tugas yang akan dijalankan Gories Mere sebagai Staf Khusus Presiden dapat berjalan dengan baik. Selamat Bekerja PakGories.[Nic]

Share
Leave a comment