Hujan Seharian, Kota Medan Direndam Banjir

TRANSINDONESIA.CO – Hujan sejak Minggu (7/2/2016) malam hingga Senin (8/2/2016) siang melanda ibukota Provinsi Sumatera Utara, menyebabkan beberapa ruas di Kota Medan terendam banjir.

Tidak hanya membuat jalanan menjadi macet, bahkan beberapa rumah yang berada dekat sungai digenangi air setinggi pinggang orang dewasa.

Berdasarkan pantauan Transindonesia.co, Jalan Letda Sujono, Jalan Sei Batang Hari, Jalan Gatot Subroto, Jalan Titi Papan, Jalan Kapten Muslim, Jalan Sunggal, Jalan Asrama, Jalan Gaperta, Jalan Kelambir V Medan, Jalan Willem Iskandar dan Jalan Pasar V Medan. Akibat banjir tersebut, banyak pengendara becak dan sepeda motor terpaksa turun dan mendorong kendaraannya karena mogok.

Kondisi ini diperparah dengan sistem drainase yang buruk di kawasan ini. Tumpukan sampah memenuhi parit dan selokan yang seharusnya menjadi tempat utama aliran air, sehingga banyak kenderaan mogok.

Seperti di Jalan Kelambir V Kelurahan Tanjung Gusta Medan, air sungai Belawan meluap dan telah setinggi pinggang orang dewasa sehingga air menyerbu sepanjang jalan. Tidak hanya kendaraan yang harus berhenti karena mogok, warga sekitar dan anak-anak ikut meramaikan jalan untuk melihat banjir.

Jalan-jalan di Kota Medan seperti anak sungai saat hujan tiba, membuat kota tersebut terendam banjir.[Don]
Jalan-jalan di Kota Medan seperti anak sungai saat hujan tiba, membuat kota tersebut terendam banjir.[Don]
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Hana Lore Simanjutak, mengatakan, hujan yang berkepanjangan membuat seluruh kawasan di Kota Medan khususnya di bantaran sungai mengalami banjir.

“Terjadi luapan air sungai dan genangan di jalan raya seperti di Kecamatan Medan Johor, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Helvetia dan Petisah. Kita masih terus keliling dan siap evaluasi jika dipandang perlu,” ujarnya kepada kepada transindonesia, Senin (8/2/2016).

Untuk itu, ia meminta kepada warga Kota Medan khususnya yang berada di bantaran sungai dapat mengungsi jika hujan masih berkepanjangan.

“Lebih baik mengungsi saja, karena hujan ini membuat sungai meluap,” kata Hana.

Ditambahkannya, tim sudah ke lokasi langsung mengerahkan dua perahu karet dan tiga perahu fiber untuk mengecek kondisi rumah warga yang kawasannya terparah direndam banjir.

“Tidak semua warga yang mengungsi. Tapi yang rumahnya sudah dipenuhi banjir kita juga telah siapkan dapur umum. Terpenting warga jangan sampai lapar dan kita siapkan nasi bungkus,” katanya.

Pengamat Tata Kota, Jaya Arjuna, mengatakan, banjir di perkotaan sudah berkali-kali terjadi sejak 2002. Bahkan, tahun 2006, sudah ada puluhan kawasan di Medan yang menjadi titik rawan banjir. Namun begitupun pemerintah justru tidak peduli apa yang akan dilakukan untuk mengatasi banjir di Medan.

“Daerah resapan airnya sudah banyak ditimbuni, dijual dan dibangun kompleks perumahan. Pemerintah bukannya memperluas daerah ruang terbuka hijau, kalau ada lahan kosong malah dijual ke pihak depelover. Ditambah lagi, saluran air yang ada tidak bagus. Bahkan tidak ada wadah untuk menampung air seperti yang sudah dibuat di Jakarta,” tuturnya.[Don]

Share
Leave a comment