Suku Bunga Naik, Deposit Tumbuh 24,96%

Suku Bunga Naik, Deposit Tumbuh 24,96 persen

 

TRANSINDONESIA.CO – Peningkatan suku bunga deposito sebesar 1,71 basis poin dari 5,39% menjadi 7,1% pada Februari 2014, mendorong pertumbuhannya lebih kencang dibandingkan tabungan dan giro.

Data Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut dan Aceh, mencatat, himpunan deposito di perbankan Sumut pada Februari 2014 mencapai Rp69,04 triliun atau tumbuh 24,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp55,25 triliun.

Himpunan ini memberikan kontribusi sebesar 43,88% terhadap total dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut yang mencapai Rp157,35 triliun. Sementara pada periode yang sama, himpunan tabungan senilai Rp64,72 triliun dan hanya naik 6,69% dari Februari 2013 yang senilai Rp60,66 triliun. Sedangkan giro senilai Rp23,59 triliun atau naik 8,06% dari periode tahun lalu senilai Rp21,83 triliun.

Kepala Perwakilan BI Wilayah IX Sumut dan Aceh, Difi A Johansyah, mengatakan, kenaikan suku bunga deposito memang menjadi faktor utama tingginya pertumbuhannya dibandingkan tabungan dan giro.

“Paling besar memang karena kenaikan suku bunga. Hal ini memang wajar terjadi karena bunganya lebih tinggi dari tabungan dan giro. Namun selain itu, masyarakat (nasabah) mulai shifting (bergeser) ke deposito demi menghindari risiko karena perekonomian masih melambat hingga kini,” katanya kepada wartawan, Kamis (24/4/2014).

Dijelaskannya, pada periode selanjutnya kondisi yang sama masih mungkin terjadi karena nasabah memilih wait and see karena menunggu perkembangan ekonomi pulih. “Hal ini yang membuat para penabung lebih nyaman ke deposito. Namun jika nanti ada perkembangan ekonomi, bisa jadi beralih kembali ke giro atau tabungan,” kata Difi.

Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, menilai, pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito yang meningkat melebihi tabungan dan giro merupakan berita bagus. Meski pertumbuhan deposito yang tinggi akan membuat bank menerima beban bunga yang besar sehingga akan membuat bank mengalami kesulitan dalam proses intermediasinya.

“Dengan kata lain, bank akan lebih mahal tentunya menyalurkan dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit. Namun, ini sepertinya telah sesuai dengan tujuan stabilisasi yang digadang-gadang oleh BI. Melonjaknya BI Rate yang saat ini bertengger di level 7,5%, jelas akan membuat masyarakat lebih senang menabungkan uangnya daripada memutarnya untuk kegiatan yang produktif,” katanya.

Untuk Sumut sendiri, kondisi ini akan membuat ekonomi sulit untuk diputar. Pengusaha akan menghitung ulang keuntungan maupun kerugian ditengah kondisi likuiditas serba ketat saat ini. “Sehingga pilihan untuk menyimpan uangnya diperbankan menjadi salah satu pilihan yang rasional daripada memutar uangnya untuk usaha ditengah ancaman perlambatan dan daya beli masyarakat yang mengalami penurunan,” tuturnya.(dhona)

Share
Leave a comment